Laman

Thursday 6 December 2012

Sinopsis Sword Art Online Vers Novel Eps 1



Sebuah pedang abu-abu menebas pundakku.
Garis tipis di pojok kiri atas penglihatanku berkurang sedikit. Pada saat yang besamaan aku merasa sebuah tangan yang dingin menembus jantungku.
Garis biru—yang bernama "HP bar"—adalah sebuah penanda visual dari energi kehidupanku. Di sana masih tersisa sekitar 80 persen. Tidak, kalimat itu kurang tepat. Sekarang, aku sudah 20 persen mendekati kematian.
Aku segera melompat ke belakang sebelum pedang musuh mulai bergerak menyerang.
"Haaa...."
Aku memaksakan diri untuk menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. 'Tubuh' di dunia ini tidak membutuhkan oksigen, tetapi tubuh yang di dunia nyata mungkin saja sedang bernapas dengan cepat. Tanganku mungkin saja sedang berkeringat dan jantungku berdetak dengan cepat.
Tentu saja.
Bahkan jika semua yang kulihat ini adalah virtual reality 3 dimensi, dan garis HP-ku yang sedang berkurang hanyalah sekumpulan angka yang menunjukan sisa HP-ku, kenyataan bahwa aku sedang bertarung mempertaruhkan nyawa tidaklah berubah.
Saat kalian memikirkannya seperti itu, pertarungan ini sangatlah tidak adil. Itu karena musuh di depanku adalah monster berkepala dan berekor kadal, bertubuh manusia dengan kulit berwarna hijau gelap. Mereka bukanlah manusia, bukan juga makhluk hidup. Mereka hanyalah sekumpulan data digital yang akan terus muncul berapa kali pun dibunuh.
--Tidak.
AI yang mengendalikan lizardman sedang mempelajari gerakanku dan memperbaiki kemampuannya merespon seiring berjalannya waktu. Tetapi, saat dia dihancurkan, data tentang pertarungannya pun hilang dan tidak diturunkan ke unit yang akan muncul kembali di area ini.
Ini membuat lizardman tersebut seperti makhluk hidup. Seperti makhluk yang memiliki pikiran masing-masing.
"...Benar 'kan?"
Tidak mungkin dia mengerti apa yang kukatakan, tapi lizardman tersebut (seekor monster level 82 yang bernama «Lizardman Lord») berdesis sambil menyeringai dan menunjukan taring tajam yang keluar dari rahangnya.
Ini adalah kenyataan. Semua yang ada di dalam dunia ini nyata. Tidak ada virtual reality ataupun kepalsuan apa pun di dalam dunia ini.
Aku mengubah posisi pedang panjang satu tangan-ku dengan tangan kanan sejajar dengan bagian tengah tubuhku sambil memperhatikan musuh.
Lizardman itu menggerakkan buckler yang berada di tangan kirinya ke depan dan menarik scimitar di tangan kanannya ke belakang.
Angin dingin bertiup ke dalam dungeon yang gelap dan mengguncangkan api obor. Lantai yang basah dengan lembut memantulkan sinar dari obor yang berkelap-kelip.
"Kraaah !!"
Bersamaan dengan teriakan yang keras tersebut sang lizardman melompat maju. Scimitar-nya membentuk kilatan cahaya yang tajam menuju ke arahku. Sebuah cahaya jingga yang menyilaukan menyala dari lintasan scimitar tersebut. Sebuah teknik pedang kelas atas dari pedang lengkung, «Fell Crescent». Teknik pedang kelas atas yang dapat menempuh jarak 4 meter dalam waktu 0,4 detik.
Tapi, aku telah menantikan serangan itu.
Aku telah perlahan-lahan menambah jarak untuk menciptakan situasi agar AI yang menggerakkan lizardman itu menggunakan teknik tersebut. Aku mencium bau terbakar dari tebasan scimitar yang hanya berjarak beberapa senti dari hidungku.
"Ha ...!!"
Dengan teriakan singkat, kuayunkan pedang secara horizontal. Pedang tersebut sekarang tertutupi oleh efek cahaya biru langit, memotong melalui perutnya yang hanya memiliki pelindung tipis, tetapi bukan darah yang keluar melainkan cahaya merah yang berterbangan. Monster itu berteriak dengan suara pelan.
Tetapi pedangku tidak berhenti. Sistemnya membimbingku mengikuti gerakan yang terprogram dan melanjutkan ke tebasan yang selanjutnya dengan kecepatan yang biasanya mustahil.
Ini adalah elemen paling penting dalam bertarung di dunia ini, «Teknik Pedang».
Pedangku melesat cepat dan menebas dari kiri ke dada lizardman. Dari posisi ini, aku berputar dan serangan ketiga mengenai lebih dalam dibanding sebelumnya.
"Raarrgh !"
Bersamaan dengan pulihnya lizardman dari keadaan stun, setelah gagal menyerang dengan teknik tingkat tinggi, dia berteriak dengan marah atau mungkin ketakutan dan mengangkat tinggi-tinggi scimitar-nya ke udara.
Tetapi rangkaian seranganku belum selesai. Pedang yang sedang mengayun ke kanan tiba-tiba berbalik arah dan mengenai jantungnya—titik yang kritis.
Jejak sinar di udara berbentuk kotak bekas serangan 4 kali berturut-turut dariku berpijar, kemudian terpencar. Sebuah teknik 4 tebasan horizontal, «Horizontal Square».
Cahaya terang menyinari dungeon dan kemudian menghilang. Pada saat yang sama, HP bar diatas kepala lizardman menghilang tanpa menyisakan satu titik pun.
Tubuh yang besar itu jatuh, meninggalkan jejak yang panjang, kemudian terhenti tiba-tiba.
Sama seperti kaca yang pecah, lizardman itu pecah menjadi pecahan kecil yang tak terhitung jumlahnya dan menghilang.
Ini adalah «Kematian» di dunia ini, singkat dan cepat. Kehancuran sempurna tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.
Aku melihat experience point dan barang yang kudapat, yang muncul dengan tulisan berwarna ungu di tengah penglihatanku, dan mengayunkan pedangku ke kanan dan ke kiri sebelum menyarungkan pedangku di sarung pedang yang berada di punggungku. Aku mundur beberapa langkah dan menyandarkan punggungku ke dinding dan perlahan terduduk.
Lalu aku menghela napasku yang kutahan sejak tadi dan menutup mataku. Keningku mulai terasa pening, mungkin karena letih akibat pertarungan yang panjang. Aku menggelengkan kepalaku beberapa kali untuk menghilangkan rasa pusing dan membuka mataku. 

Jam yang bersinar yang berada di bagian kanan bawah penglihatanku menunjukan bahwa sekarang sudah melewati jam 3 sore. Aku harus segera keluar dari dungeon ini atau aku tidak akan mencapai kota sebelum gelap.
"...bagaimana kalau aku pulang sekarang?"
Di sini tidak ada seorang pun yang mendengar, tapi aku tetap mengatakannya dan perlahan-lahan bangun.
Aku sudah menyelesaikan kegiatan hari ini. Entah bagaimana aku sekali lagi terhindar dari tangan kematian. Tetapi setelah istirahat sejenak, hari esok akan datang bersama dengan pertarungan yang lebih banyak lagi. Ketika berada dalam pertarungan yang tanpa 100 persen kemungkinan menang, sebanyak apa pun jaring-jaring pengaman yang kalian siapkan, akan datang suatu hari dimana keberuntungan kalian habis.
Masalahnya adalah apakah permainan ini akan «terselesaikan» atau tidak sebelum kematian menjemputku.
Kalau kalian menghargai nyawa kalian lebih dari apa pun, bertahan di kota dan menunggu seseorang menyelesaikan game ini adalah pilihan yang paling bijaksana. Tetapi aku tetap pergi solo[8] ke garis depan seorang diri. Apakah aku hanya seorang pecandu VRMMO[9]yang terus meningkatkan statusnya melalui pertarungan yang tak terhitung, ataukah—
Apa aku hanyalah seorang idiot yang dengan mudahnya berpikir bahwa dia bisa memenangkan kebebasan dari semua orang di dunia ini dengan pedangnya?
Saat aku berjalan menuju pintu keluar labirin dengan senyum tipis yang mencerca diriku sendiri, kuingat kembali hari itu.
2 tahun yang lalu. 

Saat semuanya berakhir dan dimulai. 


Catatan Penerjemah
  1. HP bar
  2. Virtual reality
  3. Lizardman = Manusia kadal
  4. Buckler = Perisai kecil berbentuk bulat
  5. Scimitar = Pedang lengkung
  6. Stun = Tidak bisa bergerak sesaat
  7. Experience point = Parameter untuk kenaikan level dalam suatu game
  8. Solo = Sendirian
  9. VRMMO = Virtual Reality MMO

Sinopsis Novel Sword Art Online


Sebuah kastil besar yang terbuat dari batu dan baja melayang di langit tak berujung.
Hanya itulah isi dari dunia ini. 
Butuh waktu sebulan bagi berbagai kelompok pengrajin untuk meninjau lantai dasar yang berdiameter sekitar 10 kilometer — cukup luas untuk memasukkan seluruh Setagaya[1] ke dalamnya. Di atasnya terdapat 100 lantai yang tersusun lurus ke atas; ukurannya sangat luar biasa. Sekedar menebak berapa banyak data yang digunakan untuk membuatnya pun mustahil.
Di dalamnya terdapat beberapa kota besar, dengan banyak kota dan desa kecil, hutan serta padang rumput, dan bahkan danau. Hanya satu tangga yang menghubungkan setiap lantai, dan tangga itu berada di dungeon[2] tempat monster-monster berkeliaran. Karena itu, menemukan dan melewatinya bukan hal yang mudah. Namun, ketika seseorang melewatinya dan tiba di sebuah kota di lantai atas, «Gerbang Teleportasi» antara lantai itu dan semua kota di lantai bawah akan terhubung, sehingga semua orang dapat bergerak dengan bebas dari lantai ke lantai.
Di bawah kondisi ini, kastil raksasa itu terus menerus ditaklukkan sejak dua tahun lalu. Garis depan sekarang ada di Lantai ke-74.
Nama kastil itu adalah «Aincrad», sebuah dunia pertarungan pedang yang terus melayang, melingkupi kurang lebih enam ribu orang di dalamnya. Dikenal juga dengan nama...
«Sword Art Online»

Catatan Penerjemah
  1. Setagaya adalah nama dari salah satu distrik di Jepang
  2. Arti harfiahnya adalah gua, tapi sebenarnya dungeon itu adalah tempat untuk berburu yang monsternya lebih banyak dari tempat lain dan biasanya ada bosnya

Tuesday 4 December 2012

Endless Love





Dikisahkan tentang Yun Joon Suh (Song Seung Hun) dan Eun Suh (Song Hye Kyo) dibesarkan sebagai kakak beradik selama 14 tahun sampai munculnya sebuah fakta yang mengejutkan keluarga mereka. Ternyata Eun Suh bukan adik perempuan kandung Joon Suh melainkan anak orang lain yang tertukar ketika masih bayi.

Peristiwa tersebut terjadi gara-gara bocah lelaki cilik Joon Suh secara tidak sengaja memainkan label nama dalam ruang bayi di rumah sakit tempat adik perempuan Joon Suh dilahirkan.

Akibatnya Eun Suh yang seharusnya berada di keluarga Choi, jadi dipelihara oleh keluarga Yun yang merupakan keluarga berada. Sedangkan adik perempuan asli Joon Suh, Shin Ae (Han Chae Young) dipelihara keluarga Choi yang miskin. Kekeliruan tersebut tanpa sengaja terungkap ketika Eun Suh mengalami kecelakaan pada usia 14 tahun.




Begitu terungkap, kehidupan Eun Suh dan Shin Ae berubah total. Shin Ae yang akhirnya kembali ke pelukan keluarga Yun dan Joon Suh pun dibawa oleh ayah-ibunya ke Amerika Serikat. Sedangkan Eun Suh ditinggalkan di Korea pun terpaksa membanting hidup untuk menyambung hidupnya.

Walaupun begitu waktu dan jarak yang ribuan mil tidak kuasa membuat Joon Suh dan Eun Suh tidak bisa melupakan kasih sayang di antara mereka. Setelah sembilan tahun berlalu, keluarga Yun akhirnya kembali ke Korea.

Joon Suh yang telah menginjak usia dewasa dan bertunangan dengan seorang wanita sesama seniman, Shin Yoo Mi (Han Na Na), tanpa sengaja bertemu lagi dengan Eun Suh di sebuah hotel. Eun Suh kini bekerja di sebuah hotel milik sahabat Joon Suh, Hun Tae Suhk (Won Bin).

Pertemuan Joon Suh dan Eun Suh ternyata mendatangkan kesulitan di kemudian hari. Sebab mereka akhirnya menyadari bahwa cinta kasih di antara mereka tidak lagi merupakan kasih kakak beradik melainkan telah berubah menjadi cinta antara pria dan wanita.

Namun mereka juga menyadari tidak mudah mewujudkan hal tersebut sebab Joon Suh telah punya tunangan. Tidak hanya itu, Eun Suh pun dicintai Tae Suhk. Bahkan pergulatan cinta di antara mereka bertambah rumit, ternyata Shin Ae tergila-gila kepada Tae Suhk.

Karakter dan Pemainnya:

Yun Joon Suh
Diperankan oleh aktor muda yang bernama Song Seung Hun. Selain tampil dalam “Endless Love”, aktor yang dilahirkan pada 5 Oktober 1975 juga tampil dalam serial “Law Firm”, “Pop Corn” dan “Happy Together”. Ia juga menyabet penghargaan KBS Photogenic Actor dan Most Popular Actor untuk “Endless Love”.

Eun Suh
Diperankan oleh aktris muda Song Hye Gyo yang juga tampil dalam serial populer Korea “Hotelier”. Seperti halnya Song Seung Hun, Song Hye Kyo yang lahir pada tanggal 26 Februari 1982 ini juga menyabet penghargaan KBS Most Popular Actress dan Most Photogenic Actress.

Han Tae Suhk
Karakter yang mencintai Eun Suh ini diperankan oleh aktor Won Bin yang bernama asli Kim Do Jin. Selain memperoleh penghargaan KBS Best Actor, Won Bin yang lahir pada 29 September 1977 ini juga membintangi serial “Kokji”.

Shin Ae
Karakter adik kandung Joon Suh diperankan oleh aktris pendatang baru, Han Chae Young. Dari serial “Endless Love”, aktris yang lahir pada 13 September 1980 ini mendapatkan penghargaan KBS Most Popular Newcomer.

Shin Yoo Mi
Tunangan Joon Suh ini diperankan oleh aktris Han Na Na. Serial drama “Endless Love” ini merupakan debut pertama aktris kelahiran tahun 1979 tersebut.


SELAMAT MEMBACA….
Kisah ini dimulai dari seorang anak kecil yang bermain di dalam ruangan penuh dengan bayi-bayi yang baru dilahirkan. Tanpa merasa tau apa yang sedang ia lakukan, anak itu mencabut salah satu kartu nama yang tertempel di salah satu box bayi itu dan menjatuhkannya kemudian suster datang dan memarahi orang tua si anak yang dengan sengaja meninggalkan anaknya bermain di dalam ruangan penyimpanan bayi. Dengan cepat dan tanpa ragu suster memasang kembali dua kartu nama dan memasang pada box bayi.

Kita lanjut ke sebuah perbukitan hijau yang indah ada dua orang yang sedang bersepeda berdampingan dan kelihatan sangat bahagia. Lalu di sebuah ruangan kelas ada seorang siswa yang sedang melukis dengan serius dan tiba-tiba seorang siswi masuk ke ruangan tersebut dan menangis tanpa melihat sekelilingnya. Gadis itu membuka sebuah surat (kayaknya sih surat cinta dan mianhe karena aku ga tau nama cewe ini siapa ..) dan meremasnya dengan penuh kekesalan dia berteriak aku benci kau Jun Xi dan setelah ia menengok ternyata orang yang ia teriaki nama nya ada di dalam ruangan yang sama dan sedang melihat ke arahnya.


Lalu gadis itu menanyakan kenapa Yin Jun Xi membuang surat dari nya, karena pertanyaan itu membuat Jun Xi marah. Kalau aku membuangnya memang kenapa ?? Apa kau tak menyukaiku ?? dan pada saat itu Yin En Xi berdiri di depan pintu dan mereka berdua melihat En Xi lalu gadis itu tiba-tiba menampar pipi Jun Xi dan pergi meninggalkan mereka berdua. Setelah kepergian gadis itu En Xi pun masuk membawa setumpuk kertas (kayaknya sih surat cinta lagi, ternyata Jun Xi banyak penggemarnya ya …). Sebelum En Xi memberikan surat-surat itu Jun Xi sudah berkata bahwa ia telah menyukai seseorang, tapi En Xi tetap memberikan surat-surat itu dengan segera Jun Xi pun membuangnya ke tong sampah tanpa melihat terlebih dahulu surat dari siapa itu. Ternyata para gadis yang menitipkan surat pada En Xi sedang menunggu di luar kelas setelah Jun Xi meninggalkan En Xi lalu mereka segera menghampiri En Xi dan menanyakan bagaimana surat dari mereka dan Jun Xi bilang apa pada En Xi. En Xi pun menunjuk ke tong sampah di depan mereka. Mereka mengeluh kenapa Jun Xi begitu keterlaluan. En Xi hanya bisa tersenyum melihatnya dan segera berlari menyusul kakaknya ke tempat parkir sepeda. Di perjalanan En Xi minta maaf karena ia melakukan hal yang Jun Xi tidak suka, lalu En Xi menasehati kakaknya itu untuk segera mencari pacar agar para gadis tidak mengejarnya lagi. En Xi menanyakan siapa gadis yang Jun Xi suka. Dan Jun Xi pun menjawab itu rahasia dan minta En Xi jangan memberitahukan ayah dan ibu mereka. Tiba-tiba hujan turun dengan deras nya mereka tetap melanjutkan perjalanan dan basah kuyup lalu mereka berteduh di depan pabrik kosong sambil menunggu hujan reda. Karena En Xi tidak suka dengan keadaan basah kuyup ia pun membuka roknya dan hanya memakai rok daleman. Jun Xi panik dan berkata mau apa kau ?? sambil tertawa ia bertanya pada En Xi sejak kapan ia mulai memakai rok dalam.
Sesampainya di rumah En Xi mandi bersama ibu mereka berdua saling mengosok punggung dan mengobrol dengan hangat dan bercanda. Ibu pun memegang dada En Xi dan menjailinya dengan bertanya kapan berubah jadi sebesar ini ?? En Xi hanya menjawab nanti aku akan sebesar ibu, Ibu pun tertawa mendengar jawaban anaknya itu. En Xi pun bergantian menggosok punggung ibu nya dan tiba-tiba En Xi bilang bahwa telinga ibu dan nenek tebal sedangkan telinganya sendiri tipis tidak sama dan ia tanpa berfikir berceloteh sepertinya ia bukan anak ibu nya karena mereka tidak mirip dan ia hanya anak pungut.
Ibunya menjawab jangan bicara sembarangan dan memuji anaknya bahwa ia benar-benar cantik. Setelah selesai mereka pun makan bersama dan ibu memberitahu bahwa En Xi sudah dewasa, karena muka En Xi malu Jun Xi pun terus meledeknya sampai akhirnya mereka berdua kejar-kejaran. Lalu keesokan paginya mereka berangkat sekolah naik sepeda. Karena En Xi belum lancar naik sepeda Jun Xi pun menuntun nya sampai di tengah perjalanan Jun Xi pun melepasnya. En Xi marah-marah karena takut tapi akhirnya mereka sampai juga ke sekolah. En Xi bercerita kalau ia akan mencalonkan menjadi ketua kelas dan akan mengalahkan Cui Xin Ai (Cui Sin Ai ini adalah teman sekelas En Xi yang selalu jahat dan iri terhadap En Xi mereka berdua selalu saingan dalam berbagai hal ..) Jun Xi bertanya siapa Xin Ai ?? En Xi menjawab ia adalah lawanku. Kenapa ia menjahatimu ?? Tanya Jun Xi sedikit khawatir tapi En Xi menjawabnya tidak. Lalu mereka berpisah ke kelas masing-masing (Jun Xi berada di kelas 2 dan En Xi berada di kelas 1 ..) sesampainya di lorong kelas Jun Xi di hampiri dua siswi yang menunggunya. Gadis itu langsung bertanya apakah ia Jun Xi dan ia juga yang menggambar seluruh lukisan tersebut. Karena merasa asing Jun Xi hanya menjawab kau adik kelas kenapa datang mencariku.
Gadis itu langsung pada intinya bahwa ia akan mengikuti pameran puisi dan ingin meminta tolong Jun Xi yang membuat latar belakang gambar nya. Jun Xi bilang ini adalah pertama kalinya mereka bertemu dan tidak ada alasan untuk Jun Xi menolongnya. Gadis itu kecewa dengan jawaban Jun Xi ia pun langsung berlari keluar dan temannya bingung karena ditinggalkan ia hanya bisa memanggil Xin Ai … Cun Xin Ai … Tiba-tiba Jun Xi ingat setelah mendengar nama itu dan ia memanggil kembali teman Xin Ai dan bertanya apakah ia Xin Ai kelas 1-2 ?? teman Xin Ai menjawab iya.


Sedangkan di dalam kelas 1-2 Ibu guru sedang memimpin jalannya penghitungan suara atas pemilihan ketua kelas antara Yin En Xi dan Cui Xin ai. Setelah penghitungan suara selesai En Xi mendapatkan 29 suara sedangkan Xin Ai mendapatkan 16 suara. Akhirnya En Xi lah yang menjadi ketua kelas dan Xin Ai menjadi wakilnya. Bukan itu saja En Xi pun menjadi juara 1 umum. En Xi sangat bahagia atas keputusan ini sedangkan Xin Ai hanya bisa menahan kekesalannya dan ia tidak berhenti terus melihat kearah En Xi. Setelah selesai penghitungan suara Ibu guru memberitahukan bahwa akan diadakan pameran puisi minggu depan yang di rekomendasikan adalah En Xi dan Xin Ai tapi keputusan dari Ibu guru yang ikut adalah En Xi karena semester sebelumnya Xin Ai sudah pernah mengikutinya lagipula En Xi mempunyai seorang kakak yang pandai melukis itu pasti bisa membantu En Xi dalam pameran puisi tersebut. Xin Ai semakin merasa marah karena ia terkalahkan lagi oleh En Xi. 
Saat pelajaran olahraga semua siswa keluar lapangan sedangkan Xin Ai tidak ikut olahraga. Tiba-tiba satu sekolah gempar dengan adanya rok dalam ada di atas pohon ternyata itu adalah rok dalam En Xi. Dengan cepat En Xi memanjat pohon dan berhasil mendapatkannya, Jun Xi melihat adiknya dari kejauhan dan ia tahu siapa yang telah mengerjai adiknya itu. Di perjalanan pulang En Xi bilang bahwa Jun Xi jangan marah dengan kejadian tadi, ia juga tidak tahu siapa pelakunya tapi karena teman En Xi tahu ia langsung bicara kalau Xin Ai lah pelakunya. 
Tak lama kemudian Jun Xi melihat Xin Ai dan berniat menghampirinya. Karena panik En Xi pun mengejar kakaknya tanpa di duga datang sebuah truk dan menambrak En Xi, Jun Xi mendengar teriakan itu ia pun langsung berbalik membawa En Xi segera ke rumah sakit. Di rumah sakit Jun Xi sedang menunggu kedatangan orang tua mereka. Beberapa menit kemudian orang tua nya pun datang langsung bertanya bagaimana kondisi En Xi. Jun Xi memberitahukan bahwa En Xi sangat parah dan harus segera di operasi. 

Setelah itu orang tua Jun Xi dan En Xi masuk ke ruangan dokter. Dokter bilang bahwa waktu operasi tidak memakan waktu yang lama untuk itu mereka harus mendonorkan darah mereka. Karena darah En Xi B maka dokter bertanya siapakah yang mempunyai golongan darah yang sama ??. Orang tua Jun Xi malah terlihat bingung atas pertanyaan dokter karena golongan darah mereka berdua sama-sama O bukan B. Setelah itu mereka pergi untuk pengecekan darah. Menunggu beberapa saat hasilnya pun keluar dan benar, bahwa golongan darah Tuan Yin adalah O dan Nyonya Yin juga O. Tuan Yin pun bertanya pada kepala laboratorium tersebut kalau kami berdua darahnya O apakah mungkin memiliki anak yang berdarah B. Jawaban kepala lab tersebut adalah tidak. Setelah mendengar penjelasan itu Nyonya Yin pun lemas tak habis pikir kenapa bisa begini !!. 
Di perjalanan pulang Tuan Yin berkata pada istrinya bahwa ada yang ingin ia bicarakan tapi Nyonya Yin menolak ia berkata kalau ia tidak akan pulang dan akan kembali ke rumah sakit menemani En Xi dan tidak ada yang perlu dibicarakan (ibunya sepertinya sudah tau kemana arah pembicaraan suaminya itu ..) Tuan Yin langsung berkata kalau golongan darah mereka beda dengan En Xi ia rasa mungkin En Xi bukan anak kita. Sementara Jun Xi sedang menunggu En Xi dirumah sakit dan melayani segala yang En Xi mau. Tuan Yin sedang berada di rumah sakit tempat dimana En Xi dulu dilahirkan. Ada 2 bayi yang dilahirkan yang satu Li Jin Hua dan satu lagi Chin Chun Yun, mereka memiliki dua darah yang beda O dan B jika anakmu berdarah B mungkin saat lahir tertukar. Disitu pula amarah Tuan Yin tidak bisa dibendung lagi ia menyalahkan perawat rumah sakit yang tidak benar dalam bekerja. 
Di suatu jalan Jun Xi mengikuti Xin Ai ia memanggilnya. Ia bilang pada Xin Ai kalau ia mau menolong Xin Ai pada pameran puisi itu asal ia tidak menjahati En Xi lagi. Tapi Xin Ai tidak mengaku kalau ia telah menjahati En Xi, ia menjawab ia tidak mau di ancam oleh Jun Xi tapi ia ada satu syarat yang harus dilakukan Jun Xi, ia harus berlutut di hadapan Xin Ai. 
Tanpa di duga Jun Xi pun berlutut seraya memohon agar Xin Ai tidak mengerjai adiknya lagi (duh so sweet banget ya Jun Xi rela berkorban harga diri demi adik kesayangannya ..) Tanpa sengaja Jun Xi melihat mobil ayahnya berhenti di tempat yang sama tidak jauh darinya. Ayah dan ibunya menghampiri sebuah kedai makan dimana di dpn kedai itu sedang terjadi keributan. Jun Xi sedikit heran apa yang di lakukan orang tuanya ia pun mengikuti dari belakang. 
Tuan dan Nyonya Yin sudah masuk di dalam kedai itu ia di sapa oleh pemiliki kedai sebut saja Ajhuma. Nyonya Yin sedikit kaget dengan keadaan kedai itu. Ajhuma tadi berkata siapa kalian ?? sepertinya kalian datang kesini ada hal lain bukan untuk makan. Lalu Tuan Yin langsung pada pokok permasalahan, apakah anakmu lahir pada tgl 4 Oktober ?? dan dilahirkan di rumah sakit Jia Lin. Ajhuma tadi heran kenapa kau bisa tau semua tentang anakku, sebenarnya apa yang kalian mau ??. Nyonya Yin marah karena suaminya membohonginya dengan membawa ia kesitu dan ajhuma pun tidak mengerti mengapa mereka bertengkar di rumahnya. Akhirnya perkataan Tuan Yin menghentikan semuanya, putri kami tertukar dengan putrimu di rumah sakit, aku sudah mengecek ke rumah sakit. Dan tanpa mereka sadari Jun Xi melihat dan mendengar dengan jelas semua perkataan ayahnya itu. Nyonya Yin langsung menemui En Xi di rumah sakit ia tidak mau di temani suaminya. Sesampainya di kamar En Xi sedang membaca buku ia bingung kenapa ibunya malam-malam begini datang dan ia berkata kalau ia bukan anak kecil lagi yang harus di temani. Ibu berkata kalau mala mini hujan, dan En Xi pasti takut sendirian maka dari itu ia datang menemani En Xi. Siapapun tak ada yang bisa menyakitimu dan ibu pasti akan melindungimu sampai dewasa sambil terus Nyonya Yin memeluk En Xi dengan erat. Sedangkan En Xi sendiri bingung dengan apa yang ibunya lakukan.  
Dan setelah adegan ini kita flashback pada masa lalu dimana ada seorang anak kecil yang bermain-main dengan kartu nama, ternyata anak itu adalah Jun Xi kecil yang sedang di tinggal oleh Tuan Yin untuk mengambil kamera di kamar rawat Nyonya Yin setelah melahirkan. Setelah kejadian ini Nyonya Yin pulang dan mengusulkan pada suaminya agar mereka semua pindah ke amerika dan melupakan kejadian ini. Sedangkan yang menemani En Xi adalah Jun Xi, En Xi merasa heran kenapa hari ini Jun Xi dan ibu bergantian menjaganya. 
Jun Xi : En Xi jika kita bukan saudara, apa aku ada kesempatan bertemu lagi ?? En Xi : tentu ada, kita sudah ditakdirkan bersama ini takkan berubah Jun Xi : baik, kita jamsut kalau kau menang berarti takdir En Xi : Baik jamsut siapa takut Lalu pikiran Jun Xi pun mengingat-ingat setiap kali mereka berdua jamsut En Xi selalu kalah karena En Xi selalu mengeluarkan batu, dan kali ini Jun Xi akan mengalah agar semua ini benar-benar menjadi takdir untuk mereka bertemu kembali. Dan ternyata benar En Xi mengeluarkan batu maka sebelumnya Jun Xi berfikir akan mengeluarkan gunting agar ia kalah. 
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxrW5exdm3VAwSo3rBR3IDRYL5Z612xyTYhlAnjRhc81DCBcBijgnpABaubxEGUB0euzlpz9LKFxjOmky3blGBGRPed5zNzSvqeUYTcdaqqdzULWb6R7gDQIrd96KchhKtStl7hqB7guKB/s200/38.jpgDescription: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOIziKBBjkFzNC_B_7K066he6ocHTl2tDK_C3X30t0pT016sNYI30G5_yiHaydv14xKeJluJqRac2hgkZlBymiuIhNiq-ZyIZb7SW0fwbwwYMXN0XZnChYLdHRD9Xr1D-oYXMJFjPpxSNq/s200/39.jpg
Keesokan harinya di sekolah Jun Xi dan En Xi sedang menggelar acara pameran lukisan. Tuan dan Nyonya Yin datang sebagai wali murid. Saat berjalan menuju tempat acara Tuan Yin berkata pada istrinya apa ia benar-benar tidak ingin melihat anak itu. Nyonya Yin bilang bahwa ia tidak akan melepas En Xi. Tiba-tiba di Nyonya Yin melihat ajhuma yang di kedai tempo dulu yang tidak lain adalah ibu asuh dari anak kandungnya sendiri. Tiba-tiba Xin Ai datang dan marah-marah karena melihat ibunya datang. Akhirnya keluarga Yin dan ajhuma serta Xin Ai saling pandang tanpa bicara satu sama lain. Keluarga Yin terlihat kaget dengan apa yang baru mereka lihat tapi berbeda dengan ajhuma itu ia tampak senang dan tanpa hentimemandang wajah En Xi. 

-Bersambung-