AMEMAYU HAYUNING BUWANA
pembuka pintu terlarang di villa klasik
pembuka pintu terlarang di villa klasik
Karya : Rista chandra devi
sweat
seventeen hal yang sering kita dengar sebagai simbol kebahagian usia 17 tahun. Tania
chalista bouttier adalah namaku. biasa
dipanggil tania, tepat berusia 17 tahun hari ini. Aku putri tunggal dari bapak Tony bouttier dan ibu meilani bouttier, yang menerima kejutan yang tak pernah aku bayangkan dari kedua orang tuaku . Sebuah villa
klasik di daerah bandung seperti yang
aku inginkan sejak dahulu.aku memang
gadis yang menyukai benda – benda klasik. Dan Meski berusia 17 tahun, kedua
orang tuaku tak menginjinkanku mengemudi sendiri, aku selalu didampingi oleh
supir kepercayaan papa ,namanya pak
ibing. Karena bertepatan dengan libur sekolah aku berencana ingin merayakan ulang tahun di vila bersama sahabat
sahabatku yaitu amelia yang baik dan pintar ,rere yang usil namun penakut
,pinkan gadis cerdik yang mudah tersinggung,dan meisya yang manja.
Sebelum berangkat tania pamitan
kepada mama dan papanya
“ma....
pa hari ini tania mau lihat villa yang
di bandung ya” kemuadian mama tania
menjawab “iya hati hati sayang jangan lupa bawa vitamin yang udah mama siapin
ya ! “
“tadi
papa sudah suruh bibi penjaga villa untuk persiapkan kedatangan kamu ” kata
papa tania
“makasi
mama ... makasi papa tania ” sahut tania
Tak
lama para sahabat tania datang
“pagi
tante.. pagi om ” ucap mereka
“pagi
juga amel,rere,pinkan,meisya. Ayo sarapan dulu perjalanan kalian jauh lo” jawab
papa dan mama Tania
“terimakasi
tante tapi kami sudah sarapan” sahut amel
“oh
ya sudah minum dulu susu hangatnya” kata mama tania
Setelah
itu aku dan sahabat-sahabatku segera
memasukan koper-koper kedalam mobil tentunya dibantu dengan pak ibing dan
berangkat menuju bandung.sesampainya disana aku terpesona melihat villa itu. Sangat klasik
dengan ukiran kuno di pintu depan dan hiasan lampu kuno seperti yang pernah
kulihat di daerah jogja, namun memiliki model yang berbeda. Aku di sambut oleh
bibi ijah dan pak dadang, mereka membawakan
koper kami ke kamar . saat pintu terbuka aku terpana melihat suasana dalam
villa yang terkesan kuno namun nyaman sekali. Aku kira, aku akan betah
berlama-lama di vila ini. Aku dikagetkan dengan suara temanku
“tan,
villa klasikmu kok lama –lama agak menyeramkan ya ” kata pinkan
“justru
yang begini aku suka, klasik banget jadi gmana gitu” sahutku
“tan
yang dibilang pinkan ada benarnya loh, auranya mistis ” kata meisya
“aduh
pinkan,meisya kalian ini kebanyakan nonton film horor ya jadinya gelisah
sendiri, tenang aja villa ini aman kok kata papa aku. Lihat tuh rere dan amel
mereka biasa aja”kataku
“iya
villa kamu bagus tapi, sebenernya aku juga takut”kata amel
“rere
biasa aja kok ”kata rere
“yasudah
supaya gak horor kita jalan-jalan aja yuk ke sekitar desa sini saja ”
kami memutuskan untuk berjalan jalan ke
sekitar desa yang kebetulan terdapat sebuah sungai batu yang jernih. Aku dan
sahabatku terhenti sejenak untuk bermain
air di sungai batu itu. Tak lama ada dua orang anak datang, rupanya anak bi
ijah dan mang dadang yang bernama asep dan neneng.
“maap,
ini teh non tania yah ?”kata anak laki laki itu
“iya,
saya tania, kamu siapa ?”jawab ku
“saya
asep dan ini teh adik saya neneng namanya, saya anak bi ijah dan mang dadang
non”
“oh,
asep dan neneng jangan panggil aku non ya, panggil saja tania ” kataku
Kemudian
neneng menjawab “saya tidak berani atuh, non”
“tidak
apa panggil aku tania saja. Perkenalkan mereka temen temanku ada amelia,rere,pinkan,dan
meisya” kataku
“hai”
kata sahabat-sahabatku
Rupanya bi ijah menyuruh mereka
menemani kami berjalan jalan di desa.bi ijah takut kami tersesat. Kami diajak berjalan –jalan ke
sungai,persawahan,juga melihat seluruh kegiatan di desa itu. Walau terasa lelah
kami tetap semangat karena momen ini tak pernah kami dapat di jakarta. hari
menjelang malam, mereka pulang dan mempersiapkan
acara barbeque untuk merayakan ulang tahun tania. Semua telah dipersiapkan oleh
bi ijah dan mang dadang beef,bumbu,dan alat pemanggang sudah mereka siapkan tak
lupa dengan kembang api yang sudah disediakan oleh mang dadang.
“tan,main
kembang api dulu yuk, kayaknya seru deh” ucap rere
“iya
ayo”
Setelah
rangkaian acara selesai, kami membantu bi ijah membereskan semua dan pergi
beristirahat ke kamar kami. Keesokan harinya sekitar pukul 05.00 wib, aku
melaksanakan kewajibanku kepada tuhan. Ketika aku selasai berwudhu, tanpa
sengaja aku mendengar suara aneh setelah kuikuti sumber suara itu berasal dari
ruangan aneh di ujung lorong.
“ruangan
apa ini, ”kataku
Pintunya
memiliki ukiran yang sangat menawan, tentunya jauh lebih klasik dibanding pintu
utama di villa ini. Pintu ini terkunci. Aku melihat ke atas, rupanya kunci
pintu ini tergantung tepat di atas pintu.Saat aku akan membuka pintunya
tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara perempuan
“jangan
dibuka” katanya
“astagfirullah.
Bi ijah mengagetkan saja” kataku
“non
tania mengapa ada disini ? ” tanyanya
“tadi
saya wudhu bi, terus saya lihat ada suara aneh dan setelah saya ikuti suara itu
bersumber dari ruangan ini. Memang ini ruangan apa bi kok pake dikunci ?”
tanyaku
“maaf
non, saya tidak tahu. Sejak 20 tahun lalu saya menjaga villa ini belum pernah
masuk kedalam ruangan terlarang ini. Karena pemilik villa yang terdahulu
melarang siapapun untuk masuk non. Dan sebaiknya non jangan masuk kedalam
ya..saya takut non ”jawab bi ijah
“takut
? takut kenapa bi ?”tanyaku penasaran
“pokoknya
saya takut non. Ayo non kita kembali saja ”
Kami meninggalkan ruangan itu karena
bi ijah menarik aku untuk menjauhi ruangan itu. Aku sangat penasaran. Seluruh
kejadian yang kualami saat itu, membuatku semakin ingin memasuki ruangan
terlarang itu.
“tan..
tania kok bengong” kata amelia
“maaf
mel, aku mau cerita ni ” kataku
“cerita
aja memang tentang apa ?”sahut pinkan
“begini
ceritanya ”
Akhirnya
aku menceritakan kejadian itu ke sahabat-sahabatku. Awalnya mereka tak percaya namun
untuk menbuktikanya, aku berencana memasuki ruangan itu bersama mereka. Hari
yang kunanti tiba,keesokan harinya saat bi ijah dan mang dadang sedang
meninggalkan villa, aku dan sahabatku masuk keruangan itu, ruangan itu nampak
seperti gudang yang sudah lama tak dibersihkan. Banyak jaring laba-laba dan
debu di setiap sudut ruangan. Dan benda-benda kuno memenuhi ruangan itu. Tapi
yang membuat aku heran suara apa yang malam itu kudengar. Sedangkan tak
seekorpun binatang kami temukan disana. Aku melihat sebuah benda yang unik, tergantung
tepat disebelah lemari. Bentuknya seperti kalung namun bukan, itu sebuah kompas. Saat aku menarik kompas itu
tiba tiba lemari itu bergeser. Kulihat ada
sebuah jalan rahasia menuju bawah tanah. Karena penasaran kami
memutuskan untuk turun mengikuti anak tangga itu. Sesampainya di bawah kami
berlima melihat ada sepasang pintu usang yang sangat berdebu. Kami bingung
bagaimana cara membuka pintu itu. Kami tidak melihat ada kunci atau alat apapun
disekitar pintu. Saat itu sahabatku amelia yang pintar, melihat ada tulisan di
atas pintu itu.
“eh
, lihat tulisan itu” sambil menunjuk
“tulisan
apa itu ”tanya rere
“aksara
jawa kuno, ia tidak salah lagi itu tulisan jawa kuno” kataku
“bagaimana
bacanya ?”kata pinkan
“aku
juga tidak terlalu bisa membaca aksara jawa kuno” jawabku
“hm,
aku punya ide.asep dan neneng mereka pasti bisa membaca tulisan itu ”kata
amelia
“bagus
kamu memang pintar amel. Bagaimana kalo besok kita kembali lagi kesini bersama
asep dan neneng ?”
“ok
aku setuju ”kata amel
“Iya
setuju“ kata meisya
“kami
juga”kata rere dan pinkan
“ayo
sekarang kita kembali saja, aku takut bibi curiga karena kita sudah menghilang
cukup lama”
Kami memutuskan kembali keatas
karena takut bibi dan mang dadang curiga. Keesokan harinya kami mengajak neneng
dan asep ke ruangan itu.
“asep,
neneng tunggu ”kataku
“eh..
ada apa non”kata asep
“begini
sep aku butuh bantuan kamu dan neneng “kataku
Kemudian
aku menceritakan kejadian yang kemarin pada neneng dan asep namun asep menolak
untuk ikut karena mereka dilarang masuk ke ruangan terlarang itu oleh ibu dan
bapaknya .
“tolonglah
kalian pasti penasaran juga kan apa isi ruangan terlarang itu”kata amelia
“iya,
ayolah sep,neng.kami butuh bantuan kalian”kataku
“haduh,
bagaimana ya non ? yasudah atuh neneng ikut saja. A’a asep bagaimana ? ”
“a’a
asep yasudah ikut saja” kata asep
“nah,
bagus kalo begitu kita tunggu waktu yang tepat untuk ke sana,jangan sampai bi
ijah dan mang dadang tahu ”kataku
“bagaimana
jika besok pagi, biasanya ambu dan abah kan kepasar pagi ” kata neneng
“iya
aku setuju ”kataku
Keesokan paginya saat mang dadang
dan bi ijah akan pergi berbelanja sayur ke pasar,
aku,rere,pinkan,meisya,amelia,neneng dan asep, berpamitan pergi ke sekitar
villa untuk memotret alam. Dan bibi dan mang dadang pun mengizinkan kami karena
kami pergi dipandu oleh neneng dan dadang. Saat bibi dan mang dadang Pergi,
kami segera menuju ruangang terlarang. Dan seperti kemarin kami melewati lorong
tangga bawah tanah, hingga sampailah kami di depan pintu terakhir yang bertulis
aksara jawa kuno.
“apa
kalian bisa membaca aksara jawa itu ?”tanyaku
“AMEMAYU
HAYUNING BUWANA”ucap asep
Dengan
seketika pintu itu terbuka, dan pandangan kami ditutupi oleh kabut dan cahaya
yang terang.kami mencoba terus berjalan dan menembus kabut itu. Terkejutlah
kami saat melihat negeri lain yang ada
di dalam pintu terlarang itu.
“subhanallah,
indah sekali pemandanganya non”kata neneng
“iya
neng aku belum pernah melihat bunga dan danau seperti ini ”jawabku
“tan
coba kamu liat hewan yang terbang itu ”kata amelia
“suara
itu. Iya tidak salah lagi memang suara
yang kudengar waktu subuh itu . hewan apa itu ?”tanyaku
“iya
di kebun binatang manapun aku tak pernah melihatnya”kata meisya
“Pterodactyl,Hewan ini
bentangan sayapnya yang lebar mencapai 10 m dan sudah punah sekitar 65,5 juta
tahun yg lalu. Berarti ....”kata amelia
“kita berada di lokasi saat hewan purba masih hidup ”
kata rere
“bisa jadi”kata amelia.
Kami
berjalan menyusuri setiap jalan yang ada di negeri purba itu. Kami melihat berbagai tumbuhan
asing yang belum pernah kami lihat sebelumnya.dan banyak sekali hewan-hewan
langka khas zaman purba seperti Mammoth(gajah purba),Smilodon(tubuh yang lebih
menyerupai beruang karena bulunya menyerupai beruang, dan bagian perut yang
lebar),pterodactyl(kadal yang bersayap). Kami berjalan terlalu jauh dan tak sadar lupa jalan menuju dunia
kami.saat kami menyusuri jalan pulang menuju pintu terlarang kami hanya
berputar-putar di tempat yang sama. Saat itu aku dan sahabatku benar –benar
lelah dan takut. kami memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon purba. Pohon
itu mirip dengan pohon beringin.tak lama kami mendengar suara raungan. Semakin
lama suara itu semakin mendekat. Kami berlari secepat mungkin menjauhi suara
itu.
Semakin
lama Suasana di negeri itu semakin aneh. Kami merasa pancaran sinar matahari di
negeri itu lebih lama dibanding dunia kami. lalu kami melihat dari jam tangan
yang digunakan meisya, seharusnya sekarang pukul 19.00 malam. Namun suasana di
negeri itu seperti siang. Kami bingung harus pergi kemana. Pandangan kami
tertuju pada sebuah pondok kecil yang teduh.
“tan, aku lelah banget ”kata meisya
“iya sabar ya meis lihat itu ada pondok kecil ayo
kita kesana siapa tahu ada manusia disana”
“jangan tan aku takut ”sahut rere
“tidak apa rere ayo kita coba kesana ” kataku
Aku
mengetuk pondok kecil itu. namun tidak ada tanda – tanda penghuni pondok.
Rupanya pintu itu tidak terkunci lalu kami masuk dengan perlahan. Di dalam
pondok kami melihat berbagai perlengkapan seperti di rumah pada umumnya.
Bedanya peralatanya lebih sederhana dan terbuat dari batu. Kami beristirahat
sejenak. Sembari menunggu jika pemilik pondok datang. Tak lama kami mendengar
pintu dibuka. Dengan ketakukan dan panik kami memberanikan diri untuk
melihatnya. Kami melihat makluk aneh namun bila diamati lagi rupanya mirip
dengan manusia. Hanya saja ukuran tubuhnya yang lebih kecil dan membungkuk.
Makhluk itu bisa berbicara seperti kami, hanya suaranya lebih pelan.
“maaf kami tidak bermaksud jahat, kami hanya
menumpang untuk beristirahat di pondok anda”kataku
“tidak apa mari silakan ”kata mahluk itu
“siapa nama anda ? dan apa nama negeri ini ?”
tanyaku
“aku kurcil. Kalian berada di negeri purba. Aku tahu kalian pasti manusia, Sebelumnya tidak ada manusia yang
sampai ke lokasi ini ”kata kurcil
“benarkah ? kami memang manusia perkenalkan
namaku tania, ini rere,asep,neneng,amelia,meisya,dan pinkan” kataku
“hai ”kata sahabat-sahabatku
Setelah
itu kami berbincang bincang tentang alam yang ada di negeri purba. Kami menceritakan semua kejadian yang
kami alami kepada kurcil. Akhirya kurcil bersedia mengantarkan kami pulang.
Namun kurcil berkata hanya bisa mengantarkan kami sampai perbatasan danau yang
kami lewati tadi. Karena makhluk seperti kurcil merupakan incaran dari hewan
predator purba. Kami melanjutkan perjalanan pulang menuju pintu terlarang. Tak
terasa sampailah kami di perbatasan danau yang kurcil katakan. Disana kami
harus berpisah dengan kurcil
“terimakasih banyak kurcil kamu sangat baik pada
kami” kata pinkan
“sama sama” kata kurcil
“jadi disini kita harus berpisah ya”kata meisya
“kami pasti merindukanmu kurcil sahabat baru kami
dari negeri purba”kataku
“kami janji kurcil suatu hari nanti kita akan
bertemu lagi disini ”kata rere
“iya kami akan menemuimu ”kata amelia
“kami sangat senang bisa berjumpa denganmu
kurcil”sahut asep
“terimakasih kalian bangsa manusia memang sangat
baik aku senang bersahabat dengan kalian. Tapi sekarang aku akan kesepian
karena kalian akan meninggalkanku sendiri ”kata kurcil
“jangan bilang begitu kurcil, kan kami sudah
berjanji akan mengujungimu lagi ”kataku
“iya aku percaya kalian, yasudah itu pintu
terlarang sudah ada di depan kalian. Sampai jumpa sahabatku”
“sampai jumpa lagi kurcil” kata kami sambil
memeluk kurcil
Kami berjalan menuju pintu terlarang, asep kembali
menggucapkan “AMEMAYU HAYUNING BUWANA” kunci pembuka pintu terlarang itu.terbukalah pintu dan kami segera masuk sebelum pintu itu
tertutup kembali. Setelah pintu itu tertutup kami segera naik tangga menuju
villa karena kami yakin, bibi ijah dan mang dadang sudah binggung mencari kami
semua. Saat kami kembali ke villa benar sekali mang dadang,bi ijah dan seluruh
warga desa sedang kebingungan mencari kami. Saat itu kami tidak menceritakan
pengalaman yang kami alami di negeri purba kepada mereka. Biarlah itu menjadi
rahasia kami bertujuh.
Setelah kejadian ini kami
baru mengerti arti “AMEMAYU HAYUNING BUWANA” Pepatah Jawa ini secara harfiah berati
mempercantik kecantikan dunia. Pepatah ini menyarankan agar setiap insan
manusia dapat menjadi agen bagi tujuan itu. Bukan hanya mempercantik atau
membuat indah kondisi dunia dalam pengertian lahir batin, namun juga bisa
membuat hayu dalam pengertian rahayu ’selamat’ dan sejahtera.
Selesai
No comments:
Post a Comment