KOLOID
DISUSUN:
1. ELA
INDAH FITRIANI (5)
2.
NUR CHOLIFAH
FERDAYANI (22)
3.
RISTA CHANDRA
DEVI (25)
4.
YUNITA ARIYANTI (31)
SEKOLAH
MENENGAH ATAS NEGERI 1 KOTAGAJAH
LAMPUNG
TENGAH
2013
LAPORAN
PRATIKUM KIMIA SISTEM KOLOID
Disusun
oleh :
1.
Ela
Indah Fitriani ( 5 )
2.
Nur
Cholifah Ferdayanti ( 22 )
3.
Rista
Candra ( 25 )
4.
Yunita
Ariyanti (29)
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KOTAGAJAH
LAMPUNG TENGAH
2013
I.
Topik :
1.1.Mengenal sistem koloid
1.2.Mengamati efek
tyndall
1.3.Mengamati
adsorpsi dan koagulasi pada koloid
1.4.Memperagakan
pembuatan koloid
II.
Tujuan :
2.1.Pratikum
1 (Mengenal sistem koloid)
1.
Mengenal macam-macam dispersi
koloid.
2.
Mengenal larutan sejati, suspensi
kasar, dan koloid.
3.
Mengenal koloid dan contohnya.
2.2.Pratikum
2 (Mengamati efek tyndall)
1.
Mempelajari sifat koloid, yaitu
efek tyndall.
2.3.Pratikium
3 (Mengamati adsorpsi dan koagulasi pada koloid)
1.
Mempelajari sifat koloid.
2.4.Pratikum
4 (Memperagakan pembuatan koloid)
1.
Membedakan serta memahami
pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi.
III. Alat
& Bahan :
3.1.Alat :
Pada
Pratikum 1 :
1.
Gelas kimia
2.
Kertas saring
3.
Corong
4.
Spatula kaca
Pada Pratikum 2 :
1.
Gelas kimia
2.
Lampu senter
3.
Spatula kaca
Pada pratikum 3 :
1.
Mangkok plastik
2.
Pengaduk
3.
Panci masak
4.
Pemanas
Pada
pratikum 4 :
1.
Lumpang porselen dan alu
2.
Gelas kimia 100 mL
3.
Tabung reaksi dan rak
4.
Pembakar spiritus
5.
Pengaduk kaca
6.
Kaki tiga dan kasa kawat
7.
Gelas ukur 100 mL
8.
Cawan porselen
9.
Labu erlenmeyer
10.
Pipet tetes
11.
Neraca
3.2.
Bahan :
Pada
pratikum 1 :
1.
Larutan gula
2.
Larutan kopi
3.
Larutan deterjen
4.
Larutan susu
5.
Larutan Urea
Pada
pratikum 2 :
1.
Larutan gula
2.
Larutan kopi
3.
Larutan deterjen
4.
Larutan susu
5.
Larutan Urea
Pada
pratikum 3 :
1.
Agar-agar
2.
Air
3.
Cuka (CH3COOH)
4.
Susu cair
Pada
pratikum 4 :
1.
Gula pasir
2.
Serbuk belerang
3.
Agar-agar
4.
Minyak makan
5.
Larutan FeCl3 jenuh
6.
Larutan sabun
7.
Air suling
IV.
Cara kerja :
4.1.Pratikum
1 :
1.
Masing-masing
gelas kimia diisi dengan 15 ml larutan gula, 15 ml susu
cair, dan 15 ml larutan kopi bubuk, dan dilakukan hal yang
sama pada larutan yang lain.
2.
Setelah beberapa menit, larutan tersebut di saring dan di tampung
filtratnya dalam gelas kimia yang kosong. Perubahan yang
terjadi lalu diamati.
4.2.Pratikum
2 :
1.
Isi gelas kimia masing-masing
dengan 100 ml larutan gula, 100 ml susu cair, dan 100 ml larutan kopi bubuk dan
lakukan hal yang sama pada larutan yang lain..
2.
Lalu senterlah larutan gula
tersebut. Amati apa yang terlihat melalui lubang pengamatan.
3.
Ulangi langkah 2 untuk susu cair,
susu cair, dan campuran air dan kopi bubuk sebagai pengganti larutan gula.
4.3.Pratikum
3 :
Percobaan A :
Penggumpalan Sol Menjadi Gel karena Perubahan Suhu
1.
Campurkan agar-agar dan air dalam
panci masak. Aduk hingga mendidih ( sesuai petunjuk pada bungkusnya ).
2.
Tuangkan agar-agar cair yang
panas (sol) ke dalam mangkok, dan biarkan dingin pada suhu ruang.
3.
Amati dan catat perubahan yang
terjadi pada sol agar-agar.
Percobaan B :
Penggumpalan Koloid karena Perubahan Keasaman (pH)
1.
Tuangkan 250 mL susu cair ke
dalam mangkok.
2.
Tambahkan 1 sendok makan (15 mL)
cuka (CH3COOH) ke dalam mangkok yang berisi susu.
3.
Amati dan catat perubahan yang
terjadi pada susu.
4.4.Pratikum
4 :
Percobaan A :
Pembuatan Sol dengan Cara Dispersi
a.
Sol
belerang dalam air
1.
Campurkan satu bagian gula dengan
satu bagian belerang, dan gerus dengan alu dan lumpang sampai halus.
2.
Ambil satu bagian campuran dan
campurkan dengan satu bagian gula, lalu gerus sampai halus.
3.
Ulangi langkah nomor 2 sampai
empat kali. Ambil 1 bagian campuran keempat, dan tuangkan campuran itu ke dalam
gelas kimia yang berisi 50 mL air. Kemudian aduk campuran ini. Amati hasilnya.
b.
Sol
agar-agar dalam air
1.
Ambil agar-agar sebanyak 2
spatula kaca dan larutkan ke dalam gelas kimia yang berisi 25 mL air mendidih.
2.
Dinginkan campuran itu dan
perhatikan apa yang terjadi. Cara ini disebut peptisasi.
Percobaan B :
Pembuatan Sol dengan Cara Kondensasi
1.
Panaskan 50 mL air dengan gelas
kimia 100 mL sampai mendidih.
2.
Tambahkan FeCl3 jenuh
setetes demi setetes sambil diaduk hingga larutan menjadi merah coklat. Amati
hasilnya.
Percobaan
C : Pembuatan Emulsi
1.
Masukkan 1 mL minyak tanah dan 5
mL air ke dalam suatu tabung reaksi. Guncangkan tabung dengan keras setelah
terlabih dahulu disumbat dengan tutup gabus atau karet. Letakkan tabung reaksi
di rak.
2.
Masukkan 1 mL minyak tanah, 5 mL
air, dan 15 tetes larutan sabun kedalam tabung reaksi lain. Guncangkan tabung
dengan kuat dan letakkan di rak. Amati kedua tabung reaksi tersebut.
V.
Dasar Teori
Koloid,
merupakan campuran dari dispersi kasar dengan dispersi halus dengan ukuran
partikel-partikelnya antara 10-7 dan 10-5 cm. Dalam
system koloid, terdapat dua fase, yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi.
Walaupun Nampak sebagai disperse homogeny, namun koloid merupakan disperse
heterogen.
Larutan,
merupakan sistem dispersi halus yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil
(10-7 cm), sehingga tidak dapat diamati (dibedakan) antara partikel
pendispersi dan partikel terdispersi meskipun dengan menggunakan mikroskop
ultra.Larutan adalah campuran antara fase terdispersi berupa zat padat, gas,
maupun cair dengan fase pendisperinya yaitu zat cair.Larutan merupakan campuran
homogeny.
Suspensi
atau dispersi kasar, merupana sistem dispersi dengan ukuran relatif besar (10-5
cm) yang tersebar merata dalam medium pendispersinya.Suspenss yaitu
campuran heterogen antar fasa terdispersi dengan medium pendispersinya. Fasa
terdispersi biasaanya berupa zat padat yang ukurannya lebih besar sehingga akan
membentuk endapan jika disatukan didiamkan dalam beberapa saat.
Sifat-sifat Koloid
a. Efek
Tyndall
Jika
seberkas cahaya dilewatkan pada suatu sistem koloid, maka cahaya tersebut akan
dihamburkannya sehingga berkas cahaya tersebut akan kelihatan. Sedangkan jika
cahaya dilewatkan pada larutan sejati maka cahaya tersebut akan diteruskannya .
Sifat koloid yang seperti inilah yang dikenal dengan efek tyndall dan sifat ini
dapat digunakan untuk membedakan koloid dengan larutan sejati. Gejala ini
pertama kali ditemukan oleh Michael Faradaykemudian diselidiki lebih lanjut
oleh John Tyndall (1820 – 1893), seorang ahli Fisikabangsa Inggris.
Efek
Tyndall juga dapat menjelaskan mengapa langit pada siang hari berwarna biru
sedangkan pada saat matahari terbenam, langit di ufuk barat berwarna jingga
atau merah. Hal itu disebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel
koloid di angkasa dan tidak semua frekuensi dari sinar matahari dihamburkan
dengan intensitas sama.
Jika
intensitas cahaya yang dihamburkan berbanding lurus dengan frekuensi, maka pada
waktu siang hari ketika matahari melintas di atas kita frekuensi paling tinggi
(warna biru) yang banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna
biru. Sedangkan ketika matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah (warna
merah) lebih banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna
jingga atau merah.
Gejala efek tyndall yang dapat diamati
dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
-
Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut
-
Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap dan berdebu
-
Berkas sinar matahari melalui celah pohon-pohon pada pagi yang berkabut
b. Gerak
Brown
Gerak
Brown merupakan faktor penyebab stabilnya partikel koloid dalam medium
dispersinya. Gerak brown yang terus menerus dapat mengimbangi gaya gravitasi
sehingga partikel koloid tidak mengalami sedimentasi (pengendapan).
c. Elektroforesis
Partikel
koloid dapat bergerak dalam medan listrik karena partikel koloid bermuatan
listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik ini disebut
elektroforesis. Jika dua batang elektrode dimasukkan kedalam sistem koloid dan
kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak
kesalah satu elektrode tergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan
negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedang koloid bermuatan
positif akan bergerak ke katode (elektrode negatif).
Elektroforesis
dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika
partikel koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif,
jika partikel koloid berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan
positif. Peristiwa elektroforesis ini sering dimanfaatkan kepolisian dalam
identifikasi/tes DNA pada jenazah korban pembunuhan/ jenazah tak dikenal
d. Adsorpsi
Adsorpsi
adalah peristiwa di mana suatu zat menempel pada permukaan zat lain,
seperti ion H+ dan OH- dari medium pendispersi. Untuk
berlangsungnya adsorpsi, minimum harus ada dua macam zat, yaitu zat yang
tertarik disebut adsorbat, dan zat yang menarik disebut adsorban. Apabila
terjadi penyerapan ion ada permukaan partikel koloid maka partikel koloid dapat
bermuatan listrik yang muatannya ditentukan oleh muatan ion-ion yang
mengelilinginya.
Partikel
koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada
permukaannya.Oleh karena itu partikel koloid bermuatan listrik.Penyerapan pada
permukaan ini disebut dengan adsorpsi. Contohnya sol Fe(OH)3 dalam air
mengadsorpsi ion positif sehingga bermuatan positif dan sol
As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif. Pemanfaatan
sifat adsorpsi koloid dalam kehidupan antara lain dalam proses pemutihan gula
tebu, dalam pembuatan norit (tablet yang terbuat dari karbon aktif) dan dalam
proses penjernihan air dengan penambahan tawas.
e. Koagulasi
Koagulasi
adalah peristiwa pengendapan atau penggumpalan koloid.Koloid distabilkan oleh
muatannya. Jika muatan koloid dilucuti atau dihilangkan, maka kestabilannya
akan berkurang sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan.
Pelucutan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau jika
elektrolit ditambahakan ke dalam system koloid. Apabila arus listrik dialirkan
cukup lama kedalam sel elektroforesis, maka partikel koloid akan digumpalkan
ketika mencapai electrode. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit
terjadi karena koloid bermuatan positif menarik ion negative dan koloid
bermuatan negative menarik ion positif. Ion-ion tersebut akan membentuk
selubung lapisan kedua. Jika selubung itu terlalu dekat, maka selubung itu akan
menetralkan koloid sehingga terjadi koagulasi.
System koloid dapat dibuat dengan
menggabungkan ukuran partikel-partikel larutan sejati menjadi berukuran
partikel koloid atau dinamakan kondensasi. Selain itu juga dapat dibuat dengan
cara menghaluskan ukuran partikel suspense kasar menjadi berukuran partikel
koloid, cara ini dinamakan dispersi.
1. Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi,
partikel-partikel fase terdispersi dalam larutan sejati yang berupa molekul
atom atau ion diubah menjadi partikel-partikel berukuran koloid. Pembuatan
koloid dengan cara kondensasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia
dan cara fisika.
Cara ini juga dapat dilakukan
melalui reaksi – reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan
dekomposisi rangkap atau dengan pergantian pelarut.
2. Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, partikel kasar
dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik,
peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur bredig).
a. Cara Mekanik
Menurut cara ini butir – butir kasar
digerus dengan lumping atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat
kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.
Contoh: sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk
belerang bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian
mencampur serbuk halus itu dengan air.
b.
Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir
kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptasi (pemecah).Zat
pemeptasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.
Contoh: agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh
aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain.
c.
Cara Busur Bredig
Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol – sol logam.
VI.
Data Hasil
Pengamatan
6.1.Pratikum
1 (Mengenal sistem koloid)
No.
|
Sampel
|
Jenis sampel
|
Setelah disaring
|
Setelah didiamkan
|
|
Filtrat
|
Residu
|
||||
1.
|
Susu
|
Koloid
|
Larut, Stabil
|
Keruh
|
Tidak ada
|
2.
|
Gula
|
Larutan
|
Larut, Stabil
|
Bening
|
Tidak ada
|
3.
|
Kopi
|
Suspensi
|
Tidak larut, Tidak
stabil
|
Keruh
|
Ada
|
4.
|
Detergen
|
Koloid
|
Larut, Tidak
stabil
|
Keruh
|
Ada
|
5.
|
Urea
|
Larutan
|
Larut, Stabil
|
Bening
|
Tidak ada
|
6.2.Pratikum
2 (Mengamati efek tyndall)
Sampel
|
Pengamatan
|
Larutan Susu
|
Menghamburkan
cahaya
|
Larutan Gula
|
Meneruskan cahaya
|
Larutan Kopi
|
Menghamburkan cahaya
|
Larutan
Detergen
|
Menghamburkan
cahaya
|
Larutan Urea
|
Meneruskan
cahaya
|
6.3.Pratikium
3 (Mengamati adsorpsi dan koagulasi pada koloid)
Koloid
|
Penggumpalan/koagulasi
|
||
Penyebab
|
Perubahan yang terjadi
|
||
A
|
Agar-agar
(sol)
|
Perubahan Suhu
|
Agar-agar menjadi padat sehingga terjadi penggumpalan
Sol menjadi gel
|
B
|
Susu (emulsi)
|
Perubahan
Keasaman (pH)
|
Emulsi minyak
dalam air terjadi penggumpalan, perubahan warna jadi semakin keruh
|
6.4.Pratikum
4 (Memperagakan pembuatan koloid)
Percobaan
|
Kegiatan pembuatan
|
Hasil
|
A
|
a. Sol belerang (dispersi)
|
Membentuk campuran yang berwarna putih keruh dan setelah
dibiarkan agak lama ada endapan pada bagian bawah campuran
|
b. Sol agar-agar (dispersi)
|
Setelah didinginkan atau dibiarkan sejenak, menjadi padat
seperti gel dan warnanya hijau
|
|
B
|
Sol Fe(OH)3
(kondensasi)
|
Campuran
air mendidih dengan FeCl3 menjadi lebuh kental dan Fe(OH)3 warnanyacoklat
kemerahan dan Muatan koloid bernilai
positif
|
C
|
a. Campuran air dan minyak makan
|
Air dan minyak
makan tidak tercampur, dan keadaannya minyak makan berada diatas
|
b. Campuran air, minyak makan, dan
sabun (emulsi)
|
Minyak makan
dapat tercampur dengan air
|
VII.
Pembahasan
7.1.Praktikum 1 :
Setelah melakukan percobaan dapat dilihat, ketika
mencampurkan susu, kopi, gula,detergen, urea ke dalam air, kelimanya larut
dalam air.
Jika mencampurkan air dengan susu instant dan detergen ,
ternyata kedua larutan itu larut tetapi larutan itu tidak bening melainkan
keruh. Jika didiamkan campuran susu tidak akan memisah dan juga tidak dapat
dipisahkan dengan penyaring. Hasil penyaringan tetap keruh. Secara makroskopis
campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, secara mikroskopis partikel-partikelnya
yang tersebar di dalam air masih dapat dibedakan. Campuran seperti inilah yang
dinamakan koloid. Dan jika didiamkan campuran detergen tidak akan memisah dan
juga dapat dipisahkan dengan penyaring. Hasil penyaringan tetap keruh. Campuran
seperti ini juga yang dinamakan koloid. Pada campuran susu dengan air, fase
terdispersinya adalah lemak, sedangkan medium pendispersinya adalah air.
Jika mencampurkan air dengan gula dan urea , ternyata kedua
larutan itu larut dan bening. Jika didiamkan campuran itu tidak akan memisah
dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaring. Hasil penyaringan tetap
bening. Secara makroskopis campuran ini tampak homogen dan secara mikroskopis
partikel-partikelnya tersebar di dalam air tidak dapat dibedakan. Campuran
seperti inilah yang dinamakan larutan.
Saat mencampurkan air dengan kopi, kopi tidak larut dalam
air. Walaupun campuran ini diaduk, lambat laun kopi akan memisah dan mengendap
di dasar gelas. Campuran ini bersifat heterogen dan merupakan sistem dua fase.
Campuran ini dapat dipisahkan dengan penyaringan. Campuran seperti ini
dinamakan suspensi.
7.2.Pratikum 2 :
Pada percobaan tersebut dapat diketahui bahwa pada
larutan gula dan larutan urea , berkas sinar yang berasal dari senter
tidak terlihat karena berkas sinar hanya berjalan lurus tanpa penghamburan saat
melewati zat tersebut. Oleh karena itu larutan gula dan larutan urea tergolong
larutan sejati.
Sedangkan pada campuran detergen dan susu berkas sinar yang
berasal dari senter yang kemudian melewati larutan detergen dan susu akan
dihamburkan dan menimbulkan berkas sinar pada layar dan menyebar, berkas cahaya
yang melalui larutan ini dapat diamati dari arah samping. Hal ini disebabkan
karena partikel-partikelnya mempunyai ukuran partikel-partikel yang relatif
besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Oleh karena itu larutan
detergen dan susu tergolong koloid. Sebaliknya, pada larutan sejati,
ukuran partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya
sedikit dan sangat sulit diamati.
7.3.Pratikum 3 :
Agar-agar
termasuk sol. Perubahan yang terjadi setelah dipanaskan yaitu timbul
penggumpalan dari sol menjadi gel dan apabila ditinjau dari terdispersinya
agar-agar terdispersi dalam air. Susu termasuk dalam elmusi. Perubahan yang
terjadi setelah diberi cuka terbentuk gumpalan-gumpalan susu, dan warna menjadi
semakin keruh. Hal ini disebut proses Adsorpsi, dimana terjadi peristiwa
penyerapan suatu zat sehingga partikel zat tersebut menempel pada bidang
penyerapannya.Apabila ditinjau dari terdispersinya susu termasuk emulsi minyak
dalam air.
7.4.Pratikum 4 :
Pada percobaan A, Pembuatan sol belerang menggunakan cara
dispersi yaitu dengan tenggelam dalam air. Belerang yang telah dihaluskan
bersama gula akan membentuk butiran yang ukurannya menyerupai koloid. Kemudian
campuran dilarutkan dalam air sehingga menghasilkan koloid jenis sol.
Untuk pembuatan agar-agar digunakan cara peptisasi. Cara
peptiasi ini menggunakan zat pemeptiasi (pemecah) yaitu air dengan dipanaskan
untuk memecah molekul-molekul besar dalam hal ini serbuk agar-agar supaya
menjadi molekul-molekul kecil ukuran koloid. Setelah air dan agar-agar sudah
menyatu sepenuhnya kemudian didinginkan sejenak. Maka jadilah sol padat yaitu
agar-agar.
Pada percobaan B, sol Fe(OH)3 di masukan ke dalam pipa U
Ternyata terjadi proses koagulasi
penggumpalan muatan koloid. sehingga, partikel
sol Fe(OH)3 berkumpul
dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Jika
partikel koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif,
jika partikel koloid berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan
positif.
Pada percobaan C, Minyak
dan air adalah emulsi (cair bertemu cair namun bersifat antagonis/ tolak –
menolak) sehingga tidak bisa larut dalam air. Kedudukan minyak berada di
permukaan air, hal ini disebabkan oleh massa jenis minyak yang lebih kecil dari
pada massa jenis air.
Agar minyak larut dalam air maka ditambahkan emulgator yaitu
larutan sabun. Kemudian air dan minyak tersebut dapat bercampur. Sabun disebut
sebagai emulgator karena dapat menggabungkan dua buah fese yang tidak bisa
bersatu.
VIII.
Kesimpulan
1.
Meskipun
ketiganya berupa campuran dua zat atau lebih, ternyata dari ketiga campuran
dalam percobaan memiliki perbadaan dari segi bentuk, sifat, ukuran, serta
fasenya yang dikelompokan ke dalam tiga macam jenis dispersi, yaitu dispersi
halus (larutan), dispersi koloid, dan dispersi kasar (suspensi).
Campuran
yang berupa larutan yaitu memiliki sifat larut, bening, mengalami satu fase
(homogen), stabil, tidak dapat disaring.
Campuran
yang berupa suspensi yaitu larutan tersebut memiliki sifat tidak larut meskipun
diaduk dan didiamkan, keruh, mengalami dua fase, tidak stabil, larutannya
heterogen, dan dapat dipisahkan dengan penyaring.
Campuran
yang berupa koloid yaitu memiliki sifat larut dalam air, keruh, mengalami dua
fase, tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan, hasil penyaringan tetap keruh.
Secara pengelihatan makroskopis, campuran ini tampak homogen, tetapi sebenarnya
bersifat heterogen
2.
Bedasarkan
Efek Tyndall
Ø Sistem koloid : bila dikenai
seberkas cahaya, maka oleh sistem tersebut akan dihamburkan
Ø Larutan sejati : bila di kenai
seberkas cahaya, maka oleh larutan tersebut akan di teruskan.
3.
Sol adalah sistem koloid dari
partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Gel adalah koloid yang wujudnya berada
diantara padat dan cair yang dapat terbentuk dari suatu sol yang zat
terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya sehingga terjadi koloid yang
agak padat. Agar-agar cenderung masuk dalam jenis koloid berupa sol. Emulsi adalah sistem koloid yang fase
terdispersi dan medium pendispersinya zat cair sistem koloid dari zat cair yang
terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini
adalah kedua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan.
4.
Ada
beberapa cara dalam membuat koloid, yaitu cara kondensasi dan cara dispersi.
Cara kondensasi yaitu dengan menggabungkan partikel-partikel halus menjadi
lebih kasar melalui suatu reaksi kimia. Dalam percobaan ini dapat dilakukan
dengan cara hidrolisis. Sedangkan cara dispersi yaitu dengan memecah
partikel-partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus atau partikel koloid.
IX.
Daftar pustaka
Ø http://fauzanagazali.wordpress.com/kelas-xi/semester-ii/9-koloid-2/materi-ajar/3-sifat-sifat-koloid/
Sangat bangus
ReplyDeleteBagus!!
DeleteKunjungi :
http://pelajarcendekia.blogspot.com/