Cinta Kain Gombal
Karya : Iis Masruroh
Berawal dari perkenalanku dengan
seorang gadis bernama Dwi Astuti Eni Indriati, dia adalah adik dari salah
seorang teman 1 club ku di PERSEDEN Denpasar Bali. Aku mengenal Dwi ketika pada
suatu hari aku diajak oleh temanku yang bernama Misnadi Amrizal untuk bermain
kerumahnya, saat itulah aku dikenalkan dengan adiknya yang bernama Dwi tersebut. Perkenalanku beegitu cepat akrab
karena aku dan dia menyukai hobi yang sama yaitu bermain musik.
Suatu hari
ketika aku bermain kerumahnya, dia
memintaku untuk mengajarinya sebuah lagu yang berjudul ‘Kau dan Si Buah Hati’
yang di populerkan oleh Pance, dengan tekun dan giatnya ia belajar kunci-kunci
lagu tersebut, dan di sela-sela belajar lagu itu aku memberikan beberapa
motivasi, tak lupa akupun menyarankan agar jangan berpacaran dahulu sebelum
berusia 17 tahun karena saat ini Dwi
masih kecil dan belum cukup umur, sekolah dulu yang bener, rajin belajar dan
manfaatkan waktu sebaik mungkin.
Hari berganti hari seiring dengan berjalanya waktu
walaupun aku tinggal di MESS aku selalu menyempatkan waktu unyuk berkunjung
kerumah Dwi yang jaraknya tidak seberapa jauh dengan MESS tempat tinggalku,
setiap kali aku kesana dia selalu meminta aku mengajarinya bermain gitar sambil
menyanyi. Tanpa ku sadari aku merasakan ada sesuatu yang berbeda setiap kali
aku didekatnya, dan pada suatu ketika aku menyanyikan sebuah lagu yang berjudul
‘Bunga Mawar’ aku tatap wajahnya yang sedang tersenyum padaku, akhirnya aku
putuskan inilah saat yang tepat untuk aku mengatakan yang sejujurnya tentang
perasaanku, akhirnya aku hentikan permainan gitarku, Aku katakan padanya bahwa
aku menyukainya bahkan sejak pertama kali kita bertemu. Namun
betapa terkejutnya aku ketika dia hanya tersenyum sambil berkata ‘gombal’, lalu
meminta gitarku dan memainkannya. Di pertemuan-pertemuan lainpun ketika aku
mengatakan yang sejujurnya mengenai isi hatiku dia selalu menjawab ‘gombal’,
berawal dari sinilah aku merasa dongkol, kesal, marah, kecewa, dan akupun
berusaha menjauhinya karena aku merasa cintaku hanya bertepuk sebelah tangan.
Namun, disaat aku berusaha untuk menjauhinya dengan tidak datang kerumahnya
lagi justru dia yang sering dating keMESSku untuk bertemu dan memintaku untuk
mengajarinya bermain gitar bahkan dia sering membawakan makanan untuk aku dan
kakaknya, tetapi disaat aku mengungkapkan perasaanku untuk yang kesekian
kalinya dia tetap dan selalu menjawab ‘gombal’. Hingga pada akhirnya aku
putuskan untuk tidak mau menemuinya lagi, aku menghindar ketika dia datang
dengan berbagai alasan capek, ngantuk karena aku tidak mau bertemu lagi
dengannya.
Waktu
berjalan kian berlalu, tanpa terasa sudah berbulan-bulan aku tidak bertemu
dengannya karena bersamaan dengan itu aku harus fokus di kompetisi divisi I liga DUNHIL Denpasar. Pagi itu menjelang keberangkatanku ke Gresik
Misnadi memberikan secarik kertas yang katanya itu titipan dari adiknya. Aku
buka surat itu dan kubaca isinya, didalam surat itu dia memintaku untuk datang
kerumahnya nanti malam tepat jam 19.00. Bahkan dalam penutup suratnya
tertuliskan kalimat ancaman ‘kalau tidak datang akan menyesal’. Karena aku penasaran akupun mendesak Misnadi untuk
mengatakan yang sejujurnya.
“Sebenarnya ada hal apa kok di dalam suratnya
penting dan harus datang” Tanyaku kepada misnadi.
Jawab Misnadi, “Nanti
malam ada acara ulang tahun Dwi.”
Tadinya aku tidak lagi menghiraukan surat itu, bagiku ini akan
menambah sakit hatiku. Namun, ketika teringat kata-kata ‘gombal’ yang sering
dia ucapkan, timbulah ide jahilku untuk mengerjainya. Maka akupun datang dengan membawa kado yang berisi
potongan-potongan kain yang aku dapat dari sisa-sisa kain di tukang jahit,
kubungkus kado tersebut dengan rapi dan cukup
besar, dengan harapan agar sakit hatiku sedikit terbalasakan.
Tepat jam
19.00 aku sampai dirumah Dwi, aku datang dengan kadoku yang telah terbungkus
rapi. Diapun menyambutku dengan senyuman manisnya,
“Apa kabar mas….?” Tanya Dwi.
”Apa adanya.” Jawabku.
Karena bagiku ini adalah
partai balas dendam dengan ucapan-ucapan itu, setelah aku memberikan kadoku aku
berniat pulang ke MESS karena besok aku akan berangkat ke Gresik, tujuanku
supaya aku bisa istirahat tidur malam ini agar kondisiku fit dan bagiku untuk
apa juga aku berlama-lama disini bagiku suasana disini sudah asing dan tidak
senyaman dulu lagi. Tetapi ketika aku pamit Dwi
memohon agar aku menemaninya sampai proses acara itu selesai, dia sampai
menangis agar aku mau menemaninya sampai acara puncak.
Tepat jam
24.00 acara puncak di mulai dengan tiup lilin dan potong kue, sambil
menyanyikan lagu selamat ulangtahun bersama-sama dia potong kue tersebut dan potongan
pertama dia berikan padaku. Kemudian dia memintaku untuk menyanyikan lagu
kesukaannya ‘Kau dan Si Buah Hati’ . bagiku ini tidaklah ada yang istimewa dan
aku berjanji setelah aku menyanyikan lagu ini aku akan pamit pulang. Bagiku ini
sekedar membuat hatinya senang saja dan menghormati kakanya. Tepat jam 24.32
aku pamit pulang, ketika itu Dwi mengajakku kehalaman depan rumahnya, dimana
disitulah tempat dulu aku mengajari Dwi bermain gitar.
“Mas boleh pulang, tapi Dwi
minta waktu 10 menit saja!” ucap Dwi memelas.
Saat itu aku bengong seperti orang bego.
“Apalagi ini…!!!” ucapku di dalam hati.
Karena bagiku semua sudah selesai. Dwi pun
memintaku duduk di ayunan dan dia duduk bersimpuh dibawahku.
Dwi berkata,” Mas… tolong
ucapkan 1x lagi ungkapan perasaan mas padaku!”
Tanpa basa-basi aku pegang kedua tangannya dan
aku ucapkan,
“Aku cinta dan amat sayang kepada Dwi Astuti Eni Indriati”, diapun berdiri dan mencium
pipiku seraya berkata,
” Mas… malam ini aku
terima cintamu dan akupun sudah lama menunggu malam ini untuk memberikan
jawaban kata hatiku, maaf mas… aku aku seperti ini karena aku ingat pesan mas
yang memintaku untuk tidak berpacaran dulu sebelum usiaku 17 tahun. Dan malam
ini adalah hari pertamaku di usiaku yang ke-17 ”
Kemudian dia
masuk ke rumah dan mengambil gitar, aku masih bingung dan belum percaya dengan
pernyataan dan jawaban Dwi. Jujur… aku sangat terkejut dan pikirannku sangat
berkecamuk antara bahagia dan bingung. Hal ini bukan karena cintaku terbalaskan
tapi karena kadoku yang berisi pongan-potongan kain bekas (gombal). Dan
akhirnya aku menyadari betapa bodohnya aku, dulu aku yang menyarankan Dwi untuk
tidak berpacaran, kenapa justru aku yang mengungkapkan sebelum pada waktunya.
Setelah kejadian itu aku dan Dwi pun
resmi berpacaran, dan keesokan harinya kami (club) bersama ayah, ibuku dan Dwi ikut
serta berangkat ke Gresik untuk menonton permainan liga ku untuk pertama
kalinya.
No comments:
Post a Comment