CINTA TAK BERTUAN
karya : Siti Amanah
Setiap
manusia selayaknya memiliki seorang ayah dan ibu, tapi aku tidak memiliki ayah
dan ibu seperti mereka. Ayahku seorang manusia dan ibuku seorang bidadari.
Ayahku bernama Wibisono, ibuku bernama Dewi Sekar Arum dan namaku Sekar Wangi.
Aku tinggal bersama nenekku di desa, di desa yang terkenal kaya akan hasil bumi
dan kecantikan alamnya. Aku mempunyai seorang sahabat yang baik hati yang setia
menemaniku kemanapun aku mau, dia bernama Amanah dan biasa di panggil Aam. Dan aku
juga mempunyai temen dekat alias pacar, dia ganteng, pemurah, juga penyayang
tapi juteknya minta ampun deh. Walaupun jutek tapi aku tetep sayaaaaang banget
sama dia, namanya Bibil. Mereka berdua selalu mengisi hari-hariku walaupun mereka
sering membuat aku kesal.
“
Nek, nenek dimana? ” Aku mengelilingi rumah untuk mencari nenek.
“
Nenek di belakang rumah nduk. Ada apa nduk?“ “ Nenek.” Menyusul nenek ke belakang rumah. “ ono opo
to nduk, kok kamu keliatan kesal begitu? Kamu lagi sebel sama siapa? Cerita
dong sama nenek .“ sembari menyuruh sekar duduk di dekatnya.
“ Anu nek “ “ Anu opo to nduk ?? kalo cerita tu
yo seng jelas gak ona anu ngono.” Jawab nenek. “ Itu lo nek, aku tu lagi sebel
sama Bibil. Tadi di sekolah waktu aku minta bantuan buat nyelesain tugas dari guru,
eh malah dia pergi ninggalin aku gitu aja. Siapa coba yang gak sebel kalo
digituin sama pacarnya sendiri.“ kata Sekar dengan raut wajah kesal.
“ Ya mungkin
Bibil sudah lelah.” Menghibur Sekar . “iih nenek ni malah bercanda lo, aku
serius nek !!.” Sekar pergi meninggalkan nenek. “Sekar tunggu nduk, Sekar mau
kemana?”
“Sekar mau
kerumah Aam, nenek di ajak curhat gak asik.”
Rumah
Aam dengan rumah ku jaraknya tidak begitu jauh kurang lebih 1 KM, keluarga Aam dan
keluargaku sudah sangat akrab dan sangat dekat. Kami berdua sudah seperti
saudara sendiri karena kedekatan kami sangat akrab, dan kami berdua tidak dapat
dipisahkan. Bagai prangko yang tidak dapat dipisahkan dari amplopnya. Kemanapun
aku pergi pasti ada Aam yang selalu menemaniku, begitupun sebaliknya.
“
Assalamu’alaikum... “ mengetuk pintu rumah Aam. “Wa’alaikumsalam. Eh nak Sekar,
silahkan masuk nak ! “ jawab ibu Aam sambil membuka pintu. “ Makasih tante, oh
ya Aamnya ada tante?” jawab sekar. “Tadi ada di kamar, coba kamu cari di
kamarnya.”
“Oke
tante. Sekar kekamar Aam ya tan ?” “Ya udah silahkan, tante juga mau masak dulu
buat makan malam ntar. Oh iya nanti malam kamu gak ada acara kan??? “ “Kayanya
gak ada tante. Memangnya ada apa tan?” jawab Sekar dengan polosnya. “Kalo gak
ada Kita makan malam bareng ya, udah lama gak makan malam bareng. Jangan lupa
ajak nenek juga.” “Siap tante. Masak yang enak ya tan ?? He he he ” Jawab Sekar
dengan sigapnya. Tante Ana hanya tersenyum. Setelah itu Sekar pergi kekamar Aam
tanpa mengetuk pintu kamar terlebih dahulu.
“Hai
Aam ku sayang??” Kata Sekar penuh ria. “Astaga Sekaaaaar, kamu ini gak berubah
ya? Setiap masuk ke kamar aku gak pernah namanya ketuk pintu dulu. Mesti asal
nylonong, bikin aku jantungan aja..” jawab Aam dengan kesal. “ Maaf deh Aam ku
sayang. Besok gak diulangin lagi kok. Janji deh. !!” “ Dah bosen aku dengerin
kamu ngomong kaya gitu, tapi mana buktinya. Panggah wae ket biyen koyo ngono..”
“Iya deh besok gak diulangi lagi. Dah dong marahnya, senyum geh. Kalo senyum
kan cantik.” Sekar membujuk Aam. “Ngapain
kamu kesini kar? Biasanya kalo kaya gini lagi ada maunya, iya kan??? Hayo ngaku
aja, gak usah bohoong.” Kata Aam penuh canda. Sekar menceritakan semua masalah
yang sedang menimpanya.
Tak
terasa matahari mulai terbenam, aku dan nenek pergi kerumah Aam untuk memenuhi
undangan dari tante Ana. Tetapi tak biasanya aku merasakan hal seperti ini,
sudah berulang kali aku kerumah Aam tapi menapa malam ini jantungku berdegub
sangat kencang Ditengah perjalanan ibu datang menghampiriku dan berdiri
didekatku.
“Sekar
sayang.” “Ibu, ada apa ibu kemari?” jawabku dengan penuh penasaran. “Ada apa
dengan dirimu sayang? Ibu merasakan apa yang Sekar rasakan. Ceritalah pada ibu
nak!” jawab ibu dengan penuh kasih sayang. “Ibu mengapa jantungku berdegub
sangat kencang. Apa yang akan terjadi
nanti bu?”
Tiba-tiba
nenek menepuk pundakku, sontak aku terkejut olehnya. “ Sekar sedang berbicara
dengan siapa? Sama nenek ya?”kata nenek. “Gak sama siapa-siapa kok nek, Sekar
juga lagi gak ngomong sama nenek.” Jawab ku dengan cemas “Terus kalo gak
ngomong sama nenek sama siapa lagi? Pasti Sekar ngigau lagi.” Aku tak menjawab
pertanyaan nenek. “Maafkan aku nek, aku
telah menyembunyikan ibu dari nenek. Ibu, apakah nenek tidak dapat melihat ibu ?” kataku dalam hati. “Nenek tidak bisa melihat
ibu nak, ibu hanya dapat di lihat oleh mu saja.”
Beberapa
saat kemudian aku dan nenek sampai didepan rumah Aam, aku tak tahu ibu pergi
kemana karena ibu selalu datang tiba-tiba dan pergipun tiba-tiba. Tak sengaja aku melihat ke arah
rumah Bibil, rumah Bibil berada di sebrang jalan dari rumah sahabatku. Rumah
dia terlihat sangat berantakan, barang-barang berserakan dimana-mana dan
terlihat sepi.
“Eh
nak Sekar sudah sampai. Mari masuk.!” Sambut tante Ana. “Tunggu sebentar tan,
aku mau tanya. Tante, kok rumah Bibil jadi berantakan kaya gitu ya?” tanya ku
dengan cemas. “Aduh, tante juga gak tahu Sekar. Coba Sekar tanya langsung ke
Bibil aja atau gak tanya ke Aam. Siapa tahu dia bisa membantu mu !” “Iya deh
tan.” Jawabku dengan lesu. “Kok jadi ngobrol diluar gini. Mari masuk !!” “Iya tante. Ayo nek kita masuk!” kamipun masuk
dan menikmati hidangan yang sudah disediakan.
Keesokan
harinya aku mencari Bibil disekolah, ku bertanya pada setiap muri disekolah
tapi tak seorangpun yang tahu keberadaannya dimana. “Hey, kamu ngapain Sekar?
Kaya orang linglung aja.” Tanya Aam padaku ”Gak ngapa-ngapain kok...” “gak
ngapa-ngapain kok mukanya jelek gitu.” “Udah jelek dari dulu kali...!!!!!” jawabku
dengan wajah kesal. “kamu lagi nyariin sapa sihh, aku kepo ni..?!!” “aku lagi
nyari Bibil.” Aam menceritakan semuanya kepada ku, ternyata keluarga Bibil
mengalami kerugian besar dalam usaha yang di tekuninya dan mereka memutuskan
untuk pindah ke desa lain dan tak akan kembali kedesaku lagi. Aku tak tahu lagi
harus bagaimana.
Dalam
hati aku bergumam, menanyakan kabar kekasih hatiku yang sudah lama tidak
menjalin komunikasi denganku. Lalu tak kuduka dan tak ku sangka dia menelponku,
memberi kabar untuk mengakhiri semua kisah diantara kita. Sontak aku terkejut
mendengar kabar itu, kabar yang tak ingin aku dengar, kabar yang tidak aku
harapkan. Tapi mengapa kau tega untuk memutuskan semua ini ??? Aku tak sanggup
dan tak kuasa untuk membendung air mata kesedihan ini. Ingin rasanya aku
menagis diantara titik hujan ketika hujan deras, supaya tidak ada satupun yang
tahu kalau aku sedang menangis.
SELESAI
No comments:
Post a Comment