Laman

Saturday 11 January 2014

Cerpen "AMEMAYU HAYUNING BUWANA"

AMEMAYU HAYUNING BUWANA
pembuka  pintu terlarang di villa klasik
           
Karya : Rista chandra devi


           
            sweat seventeen hal yang sering kita dengar sebagai simbol kebahagian usia 17 tahun. Tania chalista bouttier  adalah namaku. biasa dipanggil tania, tepat berusia 17 tahun hari ini.   Aku  putri tunggal dari  bapak Tony bouttier dan  ibu meilani bouttier, yang menerima  kejutan yang tak pernah aku  bayangkan dari kedua orang tuaku . Sebuah villa klasik di daerah bandung  seperti yang aku inginkan sejak dahulu.aku  memang gadis yang menyukai benda – benda klasik. Dan Meski berusia 17 tahun, kedua orang tuaku tak menginjinkanku mengemudi sendiri, aku selalu didampingi oleh supir kepercayaan papa ,namanya  pak ibing. Karena bertepatan dengan libur sekolah aku berencana  ingin  merayakan ulang tahun di vila bersama sahabat sahabatku yaitu amelia yang baik dan pintar ,rere yang usil namun penakut ,pinkan gadis cerdik yang mudah tersinggung,dan meisya yang manja.
            Sebelum berangkat tania pamitan kepada mama dan papanya
“ma.... pa  hari ini tania mau lihat villa yang di bandung  ya” kemuadian mama tania menjawab “iya hati hati sayang jangan lupa bawa vitamin yang udah mama siapin ya ! “
“tadi papa sudah suruh bibi penjaga villa untuk persiapkan kedatangan kamu ” kata papa tania
“makasi mama ... makasi papa tania ” sahut tania
Tak lama para sahabat tania datang
“pagi tante.. pagi om ” ucap mereka
“pagi juga amel,rere,pinkan,meisya. Ayo sarapan dulu perjalanan kalian jauh lo” jawab papa dan mama Tania
“terimakasi tante tapi kami sudah sarapan” sahut amel
“oh ya sudah minum dulu susu hangatnya” kata mama tania
            Setelah itu aku  dan sahabat-sahabatku segera memasukan koper-koper kedalam mobil tentunya dibantu dengan pak ibing dan berangkat menuju bandung.sesampainya disana aku  terpesona melihat villa itu. Sangat klasik dengan ukiran kuno di pintu depan dan hiasan lampu kuno seperti yang pernah kulihat di daerah jogja, namun memiliki model yang berbeda. Aku di sambut oleh bibi  ijah dan pak dadang, mereka membawakan koper kami ke kamar . saat pintu terbuka aku terpana melihat suasana dalam villa yang terkesan kuno namun nyaman sekali. Aku kira, aku akan betah berlama-lama di vila ini. Aku dikagetkan dengan suara temanku
“tan, villa klasikmu kok lama –lama agak menyeramkan ya ” kata pinkan
“justru yang begini aku suka, klasik banget jadi gmana gitu” sahutku
“tan yang dibilang pinkan ada benarnya loh, auranya mistis ” kata meisya
“aduh pinkan,meisya kalian ini kebanyakan nonton film horor ya jadinya gelisah sendiri, tenang aja villa ini aman kok kata papa aku. Lihat tuh rere dan amel mereka biasa aja”kataku
“iya villa kamu bagus tapi, sebenernya aku juga takut”kata amel
“rere biasa aja kok ”kata rere
“yasudah supaya gak horor kita jalan-jalan aja yuk ke sekitar desa sini saja ”
             kami memutuskan untuk berjalan jalan ke sekitar desa yang kebetulan terdapat sebuah sungai batu yang jernih. Aku dan sahabatku terhenti sejenak untuk  bermain air di sungai batu itu. Tak lama ada dua orang anak datang, rupanya anak bi ijah dan mang dadang yang bernama asep dan neneng.
“maap, ini teh non tania yah ?”kata anak laki laki itu
“iya, saya tania, kamu siapa ?”jawab ku
“saya asep dan ini teh adik saya neneng namanya, saya anak bi ijah dan mang dadang non”
“oh, asep dan neneng jangan panggil aku non ya, panggil saja tania ” kataku
Kemudian neneng menjawab “saya tidak berani atuh, non”
“tidak apa panggil aku tania saja. Perkenalkan mereka temen temanku ada amelia,rere,pinkan,dan meisya” kataku
“hai” kata sahabat-sahabatku
            Rupanya bi ijah menyuruh mereka menemani kami berjalan jalan di desa.bi ijah takut kami  tersesat. Kami diajak berjalan –jalan ke sungai,persawahan,juga melihat seluruh kegiatan di desa itu. Walau terasa lelah kami tetap semangat karena momen ini tak pernah kami dapat di jakarta. hari menjelang malam, mereka  pulang dan mempersiapkan acara barbeque untuk merayakan ulang tahun tania. Semua telah dipersiapkan oleh bi ijah dan mang dadang beef,bumbu,dan alat pemanggang sudah mereka siapkan tak lupa dengan kembang api yang sudah disediakan oleh mang dadang.
“tan,main kembang api dulu yuk, kayaknya seru deh” ucap rere
“iya ayo”
Setelah rangkaian acara selesai, kami membantu bi ijah membereskan semua dan pergi beristirahat ke kamar kami. Keesokan harinya sekitar pukul 05.00 wib, aku melaksanakan kewajibanku kepada tuhan. Ketika aku selasai berwudhu, tanpa sengaja aku mendengar suara aneh setelah kuikuti sumber suara itu berasal dari ruangan aneh di ujung lorong.
“ruangan apa ini, ”kataku
Pintunya memiliki ukiran yang sangat menawan, tentunya jauh lebih klasik dibanding pintu utama di villa ini. Pintu ini terkunci. Aku melihat ke atas, rupanya kunci pintu ini tergantung tepat di atas pintu.Saat aku akan membuka pintunya tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara perempuan
“jangan dibuka” katanya
“astagfirullah. Bi ijah mengagetkan saja” kataku
“non tania mengapa ada disini ? ” tanyanya
“tadi saya wudhu bi, terus saya lihat ada suara aneh dan setelah saya ikuti suara itu bersumber dari ruangan ini. Memang ini ruangan apa bi kok pake dikunci ?” tanyaku
“maaf non, saya tidak tahu. Sejak 20 tahun lalu saya menjaga villa ini belum pernah masuk kedalam ruangan terlarang ini. Karena pemilik villa yang terdahulu melarang siapapun untuk masuk non. Dan sebaiknya non jangan masuk kedalam ya..saya takut non ”jawab bi ijah
“takut ? takut kenapa bi ?”tanyaku penasaran
“pokoknya saya takut non. Ayo non kita kembali saja ”
            Kami meninggalkan ruangan itu karena bi ijah menarik aku untuk menjauhi ruangan itu. Aku sangat penasaran. Seluruh kejadian yang kualami saat itu, membuatku semakin ingin memasuki ruangan terlarang itu.
“tan.. tania kok bengong” kata amelia
“maaf mel, aku mau cerita ni ” kataku
“cerita aja memang tentang apa ?”sahut pinkan
“begini ceritanya ”
Akhirnya aku menceritakan kejadian itu ke sahabat-sahabatku. Awalnya mereka tak percaya namun untuk menbuktikanya, aku berencana memasuki ruangan itu bersama mereka. Hari yang kunanti tiba,keesokan harinya saat bi ijah dan mang dadang sedang meninggalkan villa, aku dan sahabatku masuk keruangan itu, ruangan itu nampak seperti gudang yang sudah lama tak dibersihkan. Banyak jaring laba-laba dan debu di setiap sudut ruangan. Dan benda-benda kuno memenuhi ruangan itu. Tapi yang membuat aku heran suara apa yang malam itu kudengar. Sedangkan tak seekorpun binatang kami temukan disana. Aku melihat sebuah benda yang unik, tergantung tepat disebelah lemari. Bentuknya seperti kalung namun bukan, itu  sebuah kompas. Saat aku menarik kompas itu tiba tiba lemari itu bergeser. Kulihat ada  sebuah jalan rahasia menuju bawah tanah. Karena penasaran kami memutuskan untuk turun mengikuti anak tangga itu. Sesampainya di bawah kami berlima melihat ada sepasang pintu usang yang sangat berdebu. Kami bingung bagaimana cara membuka pintu itu. Kami tidak melihat ada kunci atau alat apapun disekitar pintu. Saat itu sahabatku amelia yang pintar, melihat ada tulisan di atas pintu itu.
“eh , lihat tulisan itu” sambil menunjuk
“tulisan apa itu ”tanya rere
“aksara jawa kuno, ia tidak salah lagi itu tulisan jawa kuno” kataku
“bagaimana bacanya ?”kata pinkan
“aku juga tidak terlalu bisa membaca aksara jawa kuno” jawabku
“hm, aku punya ide.asep dan neneng mereka pasti bisa membaca tulisan itu ”kata amelia
“bagus kamu memang pintar amel. Bagaimana kalo besok kita kembali lagi kesini bersama asep dan neneng ?”
“ok aku setuju ”kata amel
“Iya setuju“ kata meisya
“kami juga”kata rere dan pinkan
“ayo sekarang kita kembali saja, aku takut bibi curiga karena kita sudah menghilang cukup lama”
            Kami memutuskan kembali keatas karena takut bibi dan mang dadang curiga. Keesokan harinya kami mengajak neneng dan asep ke ruangan itu.
“asep, neneng tunggu ”kataku
“eh.. ada apa non”kata asep
“begini sep aku butuh bantuan kamu dan neneng “kataku
Kemudian aku menceritakan kejadian yang kemarin pada neneng dan asep namun asep menolak untuk ikut karena mereka dilarang masuk ke ruangan terlarang itu oleh ibu dan bapaknya .
“tolonglah kalian pasti penasaran juga kan apa isi ruangan terlarang itu”kata amelia
“iya, ayolah sep,neng.kami butuh bantuan kalian”kataku
“haduh, bagaimana ya non ? yasudah atuh neneng ikut saja. A’a asep bagaimana ? ”
“a’a asep yasudah ikut saja” kata asep
“nah, bagus kalo begitu kita tunggu waktu yang tepat untuk ke sana,jangan sampai bi ijah dan mang dadang tahu ”kataku
“bagaimana jika besok pagi, biasanya ambu dan abah kan kepasar pagi ” kata neneng
“iya aku setuju ”kataku
            Keesokan paginya saat mang dadang dan bi ijah akan pergi berbelanja sayur ke pasar, aku,rere,pinkan,meisya,amelia,neneng dan asep, berpamitan pergi ke sekitar villa untuk memotret alam. Dan bibi dan mang dadang pun mengizinkan kami karena kami pergi dipandu oleh neneng dan dadang. Saat bibi dan mang dadang Pergi, kami segera menuju ruangang terlarang. Dan seperti kemarin kami melewati lorong tangga bawah tanah, hingga sampailah kami di depan pintu terakhir yang bertulis aksara jawa kuno.
“apa kalian bisa membaca aksara jawa itu ?”tanyaku
AMEMAYU HAYUNING BUWANA”ucap  asep
Dengan seketika pintu itu terbuka, dan pandangan kami ditutupi oleh kabut dan cahaya yang terang.kami mencoba terus berjalan dan menembus kabut itu. Terkejutlah kami saat melihat negeri  lain yang ada di dalam pintu terlarang itu.
“subhanallah, indah sekali pemandanganya non”kata neneng
“iya neng aku belum pernah melihat bunga dan danau seperti ini ”jawabku
“tan coba kamu liat hewan yang terbang itu ”kata amelia
“suara itu. Iya tidak salah lagi memang  suara yang kudengar waktu subuh itu . hewan apa itu ?”tanyaku
“iya di kebun binatang manapun aku tak pernah melihatnya”kata meisya
Pterodactyl,Hewan ini bentangan sayapnya yang lebar mencapai 10 m dan sudah punah sekitar 65,5 juta tahun yg lalu. Berarti ....”kata amelia
“kita berada di lokasi saat hewan purba masih hidup ” kata rere
“bisa jadi”kata amelia.
            Kami berjalan menyusuri setiap jalan yang ada di negeri  purba itu. Kami melihat berbagai tumbuhan asing yang belum pernah kami lihat sebelumnya.dan banyak sekali hewan-hewan langka khas zaman purba seperti Mammoth(gajah purba),Smilodon(tubuh yang lebih menyerupai beruang karena bulunya menyerupai beruang, dan bagian perut yang lebar),pterodactyl(kadal yang bersayap). Kami berjalan terlalu jauh dan tak sadar lupa jalan menuju dunia kami.saat kami menyusuri jalan pulang menuju pintu terlarang kami hanya berputar-putar di tempat yang sama. Saat itu aku dan sahabatku benar –benar lelah dan takut. kami memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon purba. Pohon itu mirip dengan pohon beringin.tak lama kami mendengar suara raungan. Semakin lama suara itu semakin mendekat. Kami berlari secepat mungkin menjauhi suara itu.
            Semakin lama Suasana di negeri itu semakin aneh. Kami merasa pancaran sinar matahari di negeri itu lebih lama dibanding dunia kami. lalu kami melihat dari jam tangan yang digunakan meisya, seharusnya sekarang pukul 19.00 malam. Namun suasana di negeri itu seperti siang. Kami bingung harus pergi kemana. Pandangan kami tertuju pada sebuah pondok kecil yang teduh.
“tan, aku lelah banget ”kata meisya
“iya sabar ya meis lihat itu ada pondok kecil ayo kita kesana siapa tahu ada manusia disana”
“jangan tan aku takut ”sahut rere
“tidak apa rere ayo kita coba kesana ” kataku
            Aku mengetuk pondok kecil itu. namun tidak ada tanda – tanda penghuni pondok. Rupanya pintu itu tidak terkunci lalu kami masuk dengan perlahan. Di dalam pondok kami melihat berbagai perlengkapan seperti di rumah pada umumnya. Bedanya peralatanya lebih sederhana dan terbuat dari batu. Kami beristirahat sejenak. Sembari menunggu jika pemilik pondok datang. Tak lama kami mendengar pintu dibuka. Dengan ketakukan dan panik kami memberanikan diri untuk melihatnya. Kami melihat makluk aneh namun bila diamati lagi rupanya mirip dengan manusia. Hanya saja ukuran tubuhnya yang lebih kecil dan membungkuk. Makhluk itu bisa berbicara seperti kami, hanya suaranya lebih  pelan.
“maaf kami tidak bermaksud jahat, kami hanya menumpang untuk beristirahat di pondok anda”kataku
“tidak apa mari silakan ”kata mahluk itu
“siapa nama anda ? dan apa nama negeri ini ?” tanyaku
“aku kurcil. Kalian berada di negeri  purba. Aku tahu kalian pasti  manusia, Sebelumnya tidak ada manusia yang sampai  ke lokasi ini ”kata kurcil
“benarkah ? kami memang manusia perkenalkan namaku tania, ini rere,asep,neneng,amelia,meisya,dan pinkan”  kataku
“hai ”kata sahabat-sahabatku
            Setelah itu kami berbincang bincang tentang alam yang ada di negeri  purba. Kami menceritakan semua kejadian yang kami alami kepada kurcil. Akhirya kurcil bersedia mengantarkan kami pulang. Namun kurcil berkata hanya bisa mengantarkan kami sampai perbatasan danau yang kami lewati tadi. Karena makhluk seperti kurcil merupakan incaran dari hewan predator purba. Kami melanjutkan perjalanan pulang menuju pintu terlarang. Tak terasa sampailah kami di perbatasan danau yang kurcil katakan. Disana kami harus berpisah dengan kurcil
“terimakasih banyak kurcil kamu sangat baik pada kami” kata pinkan
“sama sama” kata kurcil
“jadi disini kita harus berpisah  ya”kata meisya
“kami pasti merindukanmu kurcil sahabat baru kami dari negeri purba”kataku
“kami janji kurcil suatu hari nanti kita akan bertemu lagi disini ”kata rere
“iya kami akan menemuimu ”kata amelia
“kami sangat senang bisa berjumpa denganmu kurcil”sahut asep
“terimakasih kalian bangsa manusia memang sangat baik aku senang bersahabat dengan kalian. Tapi sekarang aku akan kesepian karena kalian akan meninggalkanku sendiri ”kata kurcil
“jangan bilang begitu kurcil, kan kami sudah berjanji akan mengujungimu lagi ”kataku
“iya aku percaya kalian, yasudah itu pintu terlarang sudah ada di depan kalian. Sampai jumpa sahabatku”
“sampai jumpa lagi kurcil” kata kami sambil memeluk kurcil
            Kami berjalan menuju pintu terlarang, asep kembali menggucapkan “AMEMAYU HAYUNING BUWANA” kunci  pembuka pintu terlarang itu.terbukalah pintu  dan kami segera masuk sebelum pintu itu tertutup kembali. Setelah pintu itu tertutup kami segera naik tangga menuju villa karena kami yakin, bibi ijah dan mang dadang sudah binggung mencari kami semua. Saat kami kembali ke villa benar sekali mang dadang,bi ijah dan seluruh warga desa sedang kebingungan mencari kami. Saat itu kami tidak menceritakan pengalaman yang kami alami di negeri purba kepada mereka. Biarlah itu menjadi rahasia kami bertujuh.
Setelah kejadian ini kami baru mengerti arti “AMEMAYU HAYUNING BUWANA” Pepatah Jawa ini secara harfiah berati mempercantik kecantikan dunia. Pepatah ini menyarankan agar setiap insan manusia dapat menjadi agen bagi tujuan itu. Bukan hanya mempercantik atau membuat indah kondisi dunia dalam pengertian lahir batin, namun juga bisa membuat hayu dalam pengertian rahayu ’selamat’ dan sejahtera.


Selesai 

No comments:

Post a Comment