Laman

Sunday 12 January 2014

Cerpen "Cinta Kain Gombal"

Cinta Kain Gombal
Karya : Iis Masruroh

Berawal dari perkenalanku dengan seorang gadis bernama Dwi Astuti Eni Indriati, dia adalah adik dari salah seorang teman 1 club ku di PERSEDEN Denpasar Bali. Aku mengenal Dwi ketika pada suatu hari aku diajak oleh temanku yang bernama Misnadi Amrizal untuk bermain kerumahnya, saat itulah aku dikenalkan dengan adiknya yang bernama Dwi tersebut. Perkenalanku beegitu cepat akrab karena aku dan dia menyukai hobi yang sama yaitu bermain musik.
                Suatu hari ketika aku bermain kerumahnya,  dia memintaku untuk mengajarinya sebuah lagu yang berjudul ‘Kau dan Si Buah Hati’ yang di populerkan oleh Pance, dengan tekun dan giatnya ia belajar kunci-kunci lagu tersebut, dan di sela-sela belajar lagu itu aku memberikan beberapa motivasi, tak lupa akupun menyarankan agar jangan berpacaran dahulu sebelum berusia 17 tahun karena saat ini Dwi masih kecil dan belum cukup umur, sekolah dulu yang bener, rajin belajar dan manfaatkan waktu sebaik mungkin.
                Hari berganti hari seiring dengan berjalanya waktu walaupun aku tinggal di MESS aku selalu menyempatkan waktu unyuk berkunjung kerumah Dwi yang jaraknya tidak seberapa jauh dengan MESS tempat tinggalku, setiap kali aku kesana dia selalu meminta aku mengajarinya bermain gitar sambil menyanyi. Tanpa ku sadari aku merasakan ada sesuatu yang berbeda setiap kali aku didekatnya, dan pada suatu ketika aku menyanyikan sebuah lagu yang berjudul ‘Bunga Mawar’ aku tatap wajahnya yang sedang tersenyum padaku, akhirnya aku putuskan inilah saat yang tepat untuk aku mengatakan yang sejujurnya tentang perasaanku, akhirnya aku hentikan permainan gitarku, Aku katakan padanya bahwa aku menyukainya bahkan sejak pertama kali kita bertemu. Namun betapa terkejutnya aku ketika dia hanya tersenyum sambil berkata ‘gombal’, lalu meminta gitarku dan memainkannya. Di pertemuan-pertemuan lainpun ketika aku mengatakan yang sejujurnya mengenai isi hatiku dia selalu menjawab ‘gombal’, berawal dari sinilah aku merasa dongkol, kesal, marah, kecewa, dan akupun berusaha menjauhinya karena aku merasa cintaku hanya bertepuk sebelah tangan. Namun, disaat aku berusaha untuk menjauhinya dengan tidak datang kerumahnya lagi justru dia yang sering dating keMESSku untuk bertemu dan memintaku untuk mengajarinya bermain gitar bahkan dia sering membawakan makanan untuk aku dan kakaknya, tetapi disaat aku mengungkapkan perasaanku untuk yang kesekian kalinya dia tetap dan selalu menjawab ‘gombal’. Hingga pada akhirnya aku putuskan untuk tidak mau menemuinya lagi, aku menghindar ketika dia datang dengan berbagai alasan capek, ngantuk karena aku tidak mau bertemu lagi dengannya.
                Waktu berjalan kian berlalu, tanpa terasa sudah berbulan-bulan aku tidak bertemu dengannya karena bersamaan dengan itu aku harus fokus  di kompetisi divisi I liga DUNHIL Denpasar. Pagi itu menjelang keberangkatanku ke Gresik Misnadi memberikan secarik kertas yang katanya itu titipan dari adiknya. Aku buka surat itu dan kubaca isinya, didalam surat itu dia memintaku untuk datang kerumahnya nanti malam tepat jam 19.00. Bahkan dalam penutup suratnya tertuliskan kalimat ancaman ‘kalau tidak datang akan menyesal’. Karena aku penasaran akupun mendesak Misnadi untuk mengatakan yang sejujurnya.
 “Sebenarnya ada hal apa kok di dalam suratnya penting dan harus datang” Tanyaku kepada misnadi.
Jawab Misnadi, “Nanti malam ada acara ulang tahun Dwi.”
Tadinya aku tidak lagi menghiraukan surat itu, bagiku ini akan menambah sakit hatiku. Namun, ketika teringat kata-kata ‘gombal’ yang sering dia ucapkan, timbulah ide jahilku untuk mengerjainya. Maka akupun datang dengan membawa kado yang berisi potongan-potongan kain yang aku dapat dari sisa-sisa kain di tukang jahit, kubungkus kado tersebut dengan rapi dan cukup besar, dengan harapan agar sakit hatiku sedikit terbalasakan.
                Tepat jam 19.00 aku sampai dirumah Dwi, aku datang dengan kadoku yang telah terbungkus rapi. Diapun menyambutku dengan senyuman manisnya,
“Apa kabar mas….?” Tanya Dwi.
”Apa adanya.” Jawabku.
Karena bagiku ini adalah partai balas dendam dengan ucapan-ucapan itu, setelah aku memberikan kadoku aku berniat pulang ke MESS karena besok aku akan berangkat ke Gresik, tujuanku supaya aku bisa istirahat tidur malam ini agar kondisiku fit dan bagiku untuk apa juga aku berlama-lama disini bagiku suasana disini sudah asing dan tidak senyaman dulu lagi. Tetapi ketika aku pamit Dwi memohon agar aku menemaninya sampai proses acara itu selesai, dia sampai menangis agar aku mau menemaninya sampai acara puncak.
                Tepat jam 24.00 acara puncak di mulai dengan tiup lilin dan potong kue, sambil menyanyikan lagu selamat ulangtahun bersama-sama dia potong kue tersebut dan potongan pertama dia berikan padaku. Kemudian dia memintaku untuk menyanyikan lagu kesukaannya ‘Kau dan Si Buah Hati’ . bagiku ini tidaklah ada yang istimewa dan aku berjanji setelah aku menyanyikan lagu ini aku akan pamit pulang. Bagiku ini sekedar membuat hatinya senang saja dan menghormati kakanya. Tepat jam 24.32 aku pamit pulang, ketika itu Dwi mengajakku kehalaman depan rumahnya, dimana disitulah tempat dulu aku mengajari Dwi bermain gitar.
 Mas boleh pulang, tapi Dwi minta waktu 10 menit saja!” ucap Dwi memelas.
Saat itu aku bengong seperti orang bego.
 “Apalagi ini…!!!” ucapku di dalam hati.
 Karena bagiku semua sudah selesai. Dwi pun memintaku duduk di ayunan dan dia duduk bersimpuh dibawahku.
Dwi berkata,” Mas… tolong ucapkan 1x lagi ungkapan perasaan mas padaku!”
 Tanpa basa-basi aku pegang kedua tangannya dan aku ucapkan,
 “Aku cinta dan amat sayang kepada Dwi Astuti Eni Indriati”, diapun berdiri dan mencium pipiku seraya berkata,
” Mas… malam ini aku terima cintamu dan akupun sudah lama menunggu malam ini untuk memberikan jawaban kata hatiku, maaf mas… aku aku seperti ini karena aku ingat pesan mas yang memintaku untuk tidak berpacaran dulu sebelum usiaku 17 tahun. Dan malam ini adalah hari pertamaku di usiaku yang ke-17 ”
                Kemudian dia masuk ke rumah dan mengambil gitar, aku masih bingung dan belum percaya dengan pernyataan dan jawaban Dwi. Jujur… aku sangat terkejut dan pikirannku sangat berkecamuk antara bahagia dan bingung. Hal ini bukan karena cintaku terbalaskan tapi karena kadoku yang berisi pongan-potongan kain bekas (gombal). Dan akhirnya aku menyadari betapa bodohnya aku, dulu aku yang menyarankan Dwi untuk tidak berpacaran, kenapa justru aku yang mengungkapkan sebelum pada waktunya.
Setelah kejadian itu aku dan Dwi pun resmi berpacaran, dan keesokan harinya kami (club) bersama ayah, ibuku dan Dwi ikut serta berangkat ke Gresik untuk menonton permainan liga ku untuk pertama kalinya.


No comments:

Post a Comment