Laman

Sunday 12 January 2014

Cerpen "CINTA TAK BERTUAN"

CINTA TAK BERTUAN
karya : Siti Amanah

Setiap manusia selayaknya memiliki seorang ayah dan ibu, tapi aku tidak memiliki ayah dan ibu seperti mereka. Ayahku seorang manusia dan ibuku seorang bidadari. Ayahku bernama Wibisono, ibuku bernama Dewi Sekar Arum dan namaku Sekar Wangi. Aku tinggal bersama nenekku di desa, di desa yang terkenal kaya akan hasil bumi dan kecantikan alamnya. Aku mempunyai seorang sahabat yang baik hati yang setia menemaniku kemanapun aku mau, dia bernama Amanah dan biasa di panggil Aam. Dan aku juga mempunyai temen dekat alias pacar, dia ganteng, pemurah, juga penyayang tapi juteknya minta ampun deh. Walaupun jutek tapi aku tetep sayaaaaang banget sama dia, namanya Bibil. Mereka berdua selalu mengisi hari-hariku walaupun mereka sering membuat aku kesal.
“ Nek, nenek dimana? ” Aku mengelilingi rumah untuk mencari nenek.
“ Nenek di belakang rumah nduk. Ada apa nduk?“ “ Nenek.”  Menyusul nenek ke belakang rumah. “ ono opo to nduk, kok kamu keliatan kesal begitu? Kamu lagi sebel sama siapa? Cerita dong sama nenek .“ sembari menyuruh sekar duduk di dekatnya.
“  Anu nek “ “ Anu opo to nduk ?? kalo cerita tu yo seng jelas gak ona anu ngono.” Jawab nenek. “ Itu lo nek, aku tu lagi sebel sama Bibil. Tadi di sekolah waktu aku minta bantuan buat nyelesain tugas dari guru, eh malah dia pergi ninggalin aku gitu aja. Siapa coba yang gak sebel kalo digituin sama pacarnya sendiri.“ kata Sekar dengan raut wajah kesal.
“ Ya mungkin Bibil sudah lelah.” Menghibur Sekar . “iih nenek ni malah bercanda lo, aku serius nek !!.” Sekar pergi meninggalkan nenek. “Sekar tunggu nduk, Sekar mau kemana?”
“Sekar mau kerumah Aam, nenek di ajak curhat gak asik.”  
Rumah Aam dengan rumah ku jaraknya tidak begitu jauh kurang lebih 1 KM, keluarga Aam dan keluargaku sudah sangat akrab dan sangat dekat. Kami berdua sudah seperti saudara sendiri karena kedekatan kami sangat akrab, dan kami berdua tidak dapat dipisahkan. Bagai prangko yang tidak dapat dipisahkan dari amplopnya. Kemanapun aku pergi pasti ada Aam yang selalu menemaniku, begitupun sebaliknya.
“ Assalamu’alaikum... “ mengetuk pintu rumah Aam. “Wa’alaikumsalam. Eh nak Sekar, silahkan masuk nak ! “ jawab ibu Aam sambil membuka pintu. “ Makasih tante, oh ya Aamnya ada tante?” jawab sekar. “Tadi ada di kamar, coba kamu cari di kamarnya.”
“Oke tante. Sekar kekamar Aam ya tan ?” “Ya udah silahkan, tante juga mau masak dulu buat makan malam ntar. Oh iya nanti malam kamu gak ada acara kan??? “ “Kayanya gak ada tante. Memangnya ada apa tan?” jawab Sekar dengan polosnya. “Kalo gak ada Kita makan malam bareng ya, udah lama gak makan malam bareng. Jangan lupa ajak nenek juga.” “Siap tante. Masak yang enak ya tan ?? He he he ” Jawab Sekar dengan sigapnya. Tante Ana hanya tersenyum. Setelah itu Sekar pergi kekamar Aam tanpa mengetuk pintu kamar terlebih dahulu.
“Hai Aam ku sayang??” Kata Sekar penuh ria. “Astaga Sekaaaaar, kamu ini gak berubah ya? Setiap masuk ke kamar aku gak pernah namanya ketuk pintu dulu. Mesti asal nylonong, bikin aku jantungan aja..” jawab Aam dengan kesal. “ Maaf deh Aam ku sayang. Besok gak diulangin lagi kok. Janji deh. !!” “ Dah bosen aku dengerin kamu ngomong kaya gitu, tapi mana buktinya. Panggah wae ket biyen koyo ngono..” “Iya deh besok gak diulangi lagi. Dah dong marahnya, senyum geh. Kalo senyum kan  cantik.” Sekar membujuk Aam. “Ngapain kamu kesini kar? Biasanya kalo kaya gini lagi ada maunya, iya kan??? Hayo ngaku aja, gak usah bohoong.” Kata Aam penuh canda. Sekar menceritakan semua masalah yang sedang menimpanya.
Tak terasa matahari mulai terbenam, aku dan nenek pergi kerumah Aam untuk memenuhi undangan dari tante Ana. Tetapi tak biasanya aku merasakan hal seperti ini, sudah berulang kali aku kerumah Aam tapi menapa malam ini jantungku berdegub sangat kencang Ditengah perjalanan ibu datang menghampiriku dan berdiri didekatku.
“Sekar sayang.” “Ibu, ada apa ibu kemari?” jawabku dengan penuh penasaran. “Ada apa dengan dirimu sayang? Ibu merasakan apa yang Sekar rasakan. Ceritalah pada ibu nak!” jawab ibu dengan penuh kasih sayang. “Ibu mengapa jantungku berdegub sangat kencang.  Apa yang akan terjadi nanti bu?”
Tiba-tiba nenek menepuk pundakku, sontak aku terkejut olehnya. “ Sekar sedang berbicara dengan siapa? Sama nenek ya?”kata nenek. “Gak sama siapa-siapa kok nek, Sekar juga lagi gak ngomong sama nenek.” Jawab ku dengan cemas “Terus kalo gak ngomong sama nenek sama siapa lagi? Pasti Sekar ngigau lagi.” Aku tak menjawab pertanyaan nenek.  “Maafkan aku nek, aku telah menyembunyikan ibu dari nenek. Ibu, apakah nenek tidak dapat melihat ibu  ?” kataku dalam hati. “Nenek tidak bisa melihat ibu nak, ibu hanya dapat di lihat oleh mu saja.”
Beberapa saat kemudian aku dan nenek sampai didepan rumah Aam, aku tak tahu ibu pergi kemana karena ibu selalu datang tiba-tiba dan pergipun  tiba-tiba. Tak sengaja aku melihat ke arah rumah Bibil, rumah Bibil berada di sebrang jalan dari rumah sahabatku. Rumah dia terlihat sangat berantakan, barang-barang berserakan dimana-mana dan terlihat sepi.
“Eh nak Sekar sudah sampai. Mari masuk.!” Sambut tante Ana. “Tunggu sebentar tan, aku mau tanya. Tante, kok rumah Bibil jadi berantakan kaya gitu ya?” tanya ku dengan cemas. “Aduh, tante juga gak tahu Sekar. Coba Sekar tanya langsung ke Bibil aja atau gak tanya ke Aam. Siapa tahu dia bisa membantu mu !” “Iya deh tan.” Jawabku dengan lesu. “Kok jadi ngobrol diluar gini. Mari masuk !!”  “Iya tante. Ayo nek kita masuk!” kamipun masuk dan menikmati hidangan yang sudah disediakan.
Keesokan harinya aku mencari Bibil disekolah, ku bertanya pada setiap muri disekolah tapi tak seorangpun yang tahu keberadaannya dimana. “Hey, kamu ngapain Sekar? Kaya orang linglung aja.” Tanya Aam padaku ”Gak ngapa-ngapain kok...” “gak ngapa-ngapain kok mukanya jelek gitu.” “Udah jelek dari dulu kali...!!!!!” jawabku dengan wajah kesal. “kamu lagi nyariin sapa sihh, aku kepo ni..?!!” “aku lagi nyari Bibil.” Aam menceritakan semuanya kepada ku, ternyata keluarga Bibil mengalami kerugian besar dalam usaha yang di tekuninya dan mereka memutuskan untuk pindah ke desa lain dan tak akan kembali kedesaku lagi. Aku tak tahu lagi harus bagaimana.
Dalam hati aku bergumam, menanyakan kabar kekasih hatiku yang sudah lama tidak menjalin komunikasi denganku. Lalu tak kuduka dan tak ku sangka dia menelponku, memberi kabar untuk mengakhiri semua kisah diantara kita. Sontak aku terkejut mendengar kabar itu, kabar yang tak ingin aku dengar, kabar yang tidak aku harapkan. Tapi mengapa kau tega untuk memutuskan semua ini ??? Aku tak sanggup dan tak kuasa untuk membendung air mata kesedihan ini. Ingin rasanya aku menagis diantara titik hujan ketika hujan deras, supaya tidak ada satupun yang tahu kalau aku sedang menangis.


SELESAI

No comments:

Post a Comment